Sunday, November 27, 2011

SAMPAH: PERADABAN TINGGALAN BANGSA PENJAJAH


Hidayatullah.com—31 Desember nanti, adalah masa tenggat bagi tentara Amerika Serikat (AS) untuk meninggalkan Iraq. Namun setelah lebih dari delapan tahun bercokol di Negeri 1001 Mimpi ini, Amerika mewariskanan sejumlah persoalan bagi rakyat Iraq. Di antaranyanya adalah kenangan pahit perang, konsep demokrasi dan gaya hidup hedonisme untuk generasi muda seperti; musik dan gaya hidupnge-pop.

Dengan kata lain, sebagai tenggat untuk menyelesaikan penarikan pasukan mereka, militer AS meninggalkan hal baik, hal buruk dan apa yang disebut "Lil Csar" Muhammad sebagai panggilan "punky."

Sengan menggunakan celana longgar, sepatu kets dan topi bisbol terbalik berlogo "NY", anak-anak muda berusia sekitar 22 tahun memamerkan gerakan break-dance pada suatu sore yang cerah di sebuah taman di Baghdad.

"Orang lain mungkin berhenti menjadi rapper setelah orang-orang Amerika pergi, tetapi saya akan jalan terus sampai saja mencapai New York," kata Mohammed, yang mengajar paruh waktu di sebuah sekolah dasar.

Delapan juta warga Iraq - seperempat dari populasi penduduk itu sejak diinvasi Amerika dan sekutunya tahun 2003- telah lahir. Dan hampir setengah penduduk di negeri itu, kini berusia di bawah 19, demikian menurut Brett McGurk, mantan pejabat senior di Kedutaan Besar AS di di Baghdad.

Setelah bertahun-tahun menonton tentara AS berpatroli, tak terelakkan bahwa gaya hip-hop, pria lagak "preman" dan ucapaan bahasa Inggris telah menulari anak-anak muda di Iraq.

Menyebut diri mereka "punky," atau "preman," mengenakan kemeja hoodie, mendengarkan 50 Cent atau Eminem, menonton film "Twilight" film vampir. Mereka makan hamburger dan pizza serta berbuat nekat dengan bermain sepatu roda menembus lalu lintas padat. Tak hanya itu, para remaja juga mulai gandrung gaya rambut spike (gaya marinir). Bahkan, grup "Iraq Rap" di halaman Facebook telah memiliki 1.480 penggemar.

Di sisi lain, bagi banyak orang, gaya hidup baru ini dinilai aneh. Tetapi untuk para pemuda, ini dinilai sebagai bagian penting dari mengejar impian mereka, impian Amerika.

"Lil Csar" Mohammed, seorang Muslim Syiah, mengatakan ia diperkenalkan dengan budaya Amerika oleh seorang teman Kristennya, Laith, yang kemudian harus melarikan diri dari kekerasan anti-Kristen yang pecah di Baghdad.

"Saya tidak memiliki apapun untuk membantu teman saya, dia pergi," katanya. "Tapi ketika saya mendapatkan uang dan menjadi bos kaya, aku akan memberitahu Laith teman saya untuk datang kembali," dikutip www.newssun.suntimes.com, Kamis, (24/11/2011).
Kini, ia sedang mencoba untuk merekam lagu rap dalam bahasa Arab dan Inggris. "Ini adalah tentang situasi kami. Tentang keadaan kami yang tidak ada pekerjaan. "
"Saya menyukai tentara Amerika," kata Mohammed Adnan, 15, yang menggunakan imitasi tato di lengannya. Adnan tinggal di Kota Sadr, Baghdad basis pengikut ulama anti-Amerika Muqtada al-Sadr, yang telah mengancam pasukan AS jika mereka melebih tahun 2011.

Tapi, yang mengejutkan, Adnan mengatakan melihat gangster Amerika diterima di lingkungannya.

"Semua pria muda di Kota Sadr mengenakan pakaian yang sama ketika kita bergaul," katanya. "Tidak ada pikiran. Dan kita diundang untuk acara pernikahan atau perayaan di mana kita melakukan break-dance. "

Namun menurut Dr Fawzia A. Al-Attia, seorang sosiolog di Universitas Baghdad, tak semua rakyat Iraq menyambut budaya Amerika ini. Ia mengatakan, salah satu hasil budaya “penjajahan” Amerika banyak anak muda Iraq sekarang menolak seragam sekolah, terlibat dalam hubungan cinta terlarang (pacaran bebas) dan sebaliknya memberontak terhadap orangtua mereka.

"Remaja, terutama di daerah miskin di mana orangtuanya berasal dari pendidikan rendah, mulai mengadopsi aspek-aspek negatif dari masyarakat Amerika karena mereka berpikir bahwa dengan meniru Amerika, mereka mendapatkan status lebih tinggi dalam masyarakat.”

Seperti banyak orang Iraq, siswi SMA bernama Maytham Karim ingin belajar bahasa Inggris. Namun bahasa Inggris yang sering dia dengar dari teman-temannya - dan kebanyakan mereka yang mendengarkan musik Amerika - sarat dengan kata-kata tak senonoh dan kasar.

Sementara pasukan AS mulai menutup pangkalannya, banyak warga Iraq mengaduk-aduk sampah untuk mencari barang-barang tentara AS yang dibuang seperti; topi seragam dan sepatu dan menjualnya kepada anak-anak muda dengan harga mahal. Bisnis tato di Baghdad juga booming. Salon tato Hassan Hakim di lingkungan Karradah makmur ditutupi dengan gambar-gambar mengilap pria setengah telanjang dan wanita bertato.

"Pemuda Iraq bersemangat dalam cara yang sangat tidak biasa untuk mendapatkan tato di tubuh mereka, mungkin karena kehadiran Amerika di sini," kata Hakim, 32, yang sedang menghadiri sekolah pascasarjana di Akademi Seni Rupa Baghdad. "Empat tahun lalu, orang-orang menyembunyikan tato mereka ketika di depan umum, tapi sekarang mereka menggunakan desain mereka untuk dipamerkan. Ini jadi mode sekarang."

Sebagian besar pelanggan Hakim adalah penjaga keamanan Iraq meniru gaya tentara Amerika. Mereka menuntut tato peti mati, tengkorak, ular, naga, kode bar, huruf Gothic dan Salib. Pelanggan wanita lebih memilih bunga dan kupu-kupu di pundak mereka. Juga, banyak wanita muda sekarang berani memakai atasan ketat dan memeluk pinggul-jeans dengan jilbab mereka, atau penutup kepala.

"Saya menemukan bahwa semua rakyat Iraq ingin belajar bahasa Inggris," kata Nawras Mohammed, dikutipAFP. Selain itu, ia juga ingin menggunakan internet atau menonton TV satelit.*



Sumber: http://hidayatullah.com/read/19910/25/11/2011/rap,-tato-dan-pacaran-warisan-tentara-amerika.html

No comments:

Post a Comment

Silakan Berkomentar