Friday, November 18, 2011

NASIB KETUA KPK BUSYRO - ABDULLAH HEHAMAHUA


Nasib Ketua KPK Busyro Muqaddas dan Abdullah Hehamahua sudah dapat diprediksi akan terlempar dari pimpinan KPK. Karena kedua tokoh KPK yang memiliki integritas itu, sudah menjadi 'common enemy" (musuh bersama) kalangan DPR. DPR tidak menghendaki kedua tokoh itu, mempunyai peran dalam penegakkan hukum, melalui KPK. Karena itu, para anggota DPR di Komisi III, bakal menggusur Busyro Muqaddas dan Abdullah Hehamahua.

Komisi III DPR menegaskan, tidak akan membatalkan kocok ulang pimpinan KPK. "Komisi III itu sebanyak 55 kepala, bukan saya pribadi. Tidak ada pengaruhnya itu, dan tidak ada hubungannya dengan pernyataan Pak Busyro", ucap Ketua Komisi III Benny K.Harman. Mantan Wakil Komisi III Fachri Hamzah, menambahkan,  sulit bagi Busyro terpilih kembali memimpin KPK. "Dia sulit jadi ketua KPK, terlalu banyak bermanuver", ucap Fachri. Fachri Hamzah  menilai Busryo terlalu banyak bermanuver dan membuat pernyataaan politik. Busyro dinilai terlalu banyak melakukan pencitraan, ketimbang melakukan pemberantasan korupsi. "Ini KPK diberi kewenangan lebih, malah mengurusi gaya hidup orang". (Republika, 17/11)
Sementara itu, Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Denny Indrayana menerangkan, prosedur pemilihan calon ketua KPK melalui dua tahap. Yakni pemilihan lima pimpinan KPK, satu posisi diisi Busyro Muqaddas, dan empat lainnya melalui seleksi. "Jadi Pak Busyro tidak otomatis jadi ketua KPK. Isu ini sesuai dengan aturan undang-undang", kata Denny. Padahal, kedudukan Busyro baru saja dikukuhkan oleh Keputusan Mahkamah Konstitusi, yang memperpanjang masa jabatannya sampai tahun 2014.
Adalah Busyro Muqaddas membuat marah para  wakil rakyat (DPR), yang mengeluarkan pernyataan, sebenarnya tidak baru, tentang gaya hidup para anggota DPR, yang konon sebagai wakil rakyat. Busyo Muqqadas mengatakan bahwa gaya hidup anggota DPR, yang merupakan wakil rakyat itu, bergaya hedonis. Pernyataan Busyro itu sudah menjadi pengetahuan umum, di mana para wakil rakyat itu, tidak sesuai dengan kondisi rakyat yang diwakilinya, yang sebagian besar masih miskin.
Pernyataan Busyro itu sangat konkrit dan faktual. Secara lahiriah, memang gaya hidup para wakil rakyat itu, sangat tidak merakyat. Meskipun, mereka itu sebagian besar, dulunya orang-orang yang hidupnya susah.
Gambaran sehari-hari di pelataran parkir Gedung DPR, menggambarkan bagaimana gaya hidup, dan selera para anggota DPR, yang konon wakil rakyat itu. Banyak mobil mewah yang menjadi kesukaan para anggota DPR. Jenis mobil yang nampak dipelataran parkir, yang sudah mirip dengan show room mobil, jenis mobil mewah, seperti Alpard, Lexus Land Cruiser, Mercy, Bentley, dan Hummer. Mobil Bentley dan Hummer itu, buildup dan langsung diimport dari negara pembuatnya, Inggris dan Amerika. 
Kekayaan mereka sudah jarang yang dibawah satu miliar. Rata-rata kekayaan mereka sudah diatas satu miliar. Ada anggota DPR kekayaannya yang mencapai Rp. 24,1 miliar, dan $ 20.095 dollar. Begitu makmur mereka. Entah bagaimana cara melipatkan gandakan kekayaan mereka. Padahal, kalau dilihat dari "take home pay", yang mereka terima setiap bulannya, tidak mungkin dan tidak masuk diakal kekayaannya bisa sebanyak itu. Mereka benar-benar menjadi kelas sosial baru, yang sangat 'super' di negeri ini, dibandingkan dengan kebanyakan rakyat yang mereka wakili.
Rumah-rumah yang mereka tinggali tak terkecuali. Rata mereka memiliki rumah mewah, dan dilengkapi dengan kolam renang. Nilai harga rumahnya rata-rata diatas 1 miliar. Tidak ada lagi rumah anggota DPR, yang rumahnya dibawah 1 miliar. Bahkan, ada anggaota DPR yang membangun rumah di tengah-tengah kampung, rumah empat lantai. Tidak peduli dengan kondisi lingkungannya. Nuraninya sudah  tumpul. Tidak dapat merasakan kesulitan hidup rakyat yang terus dihimpit dengan berbagai kesulitan hidup. Padahal dia menjadi pimpinan DPR.
Sejatinya, mereka yang sekarang menjadi anggota DPR, dan wakil rakyat itu, dahulunya orang-orang yang hidupnya susah. Tidak semuanya berasal dari orang-orang kaya, dan keturunan menak, serta bangsawan.
Sebelum menjadi anggota DPR, mereka makannya di warung tegal "Warteg", yang hanya Rp. 5 ribu rupiah. Dengan tahu dan tempe. Tetapi, sesudah menjadi anggota DPR, mereka hidup dari lobi hotel ke hotel berbintang lainnya. Makan dan minumnya sudah berkelas. Dari biasa mereka minum "sekuteng" pindah ke kafe-kafe, dan minumnya di Starbuck caffee. Makan dan minumnya sudah benar-benar berkelas. Tidak lagi menunjukkan asal-muasal dirinya, yang dulu sangat miskin.
Sebelum menjadi anggota DPR, mereka hidup di rumah bilik, yang dindingnya dari bambu, bolong-bolong,  serta lantainya tanpa ubin. Tetapi, sesudah mereka menjadi anggota DPR, mereka rata-rata membangun "istana", dan hidup di tempat-tempat yang eksklusif, di apartemen-apartemen yang mewah. Lihat, komplek Perumahan DPR di Kalibata, yang baru di renovasi ratusan miliar, berapa anggota DPR, yang mau tinggal di komplek itu?
Mereka bisa plesiran ke luar negeri, kapan saja, dan biaya pelesiran itu, bisa ditanggung oleh mitra kerja mereka (departamen), dan tinggal mengangkat telepon kepada para pejabat di departemen, dan pasti akan mengongkosinya.
Seperti sekarang menjelang tahun baru dan natal, mereka sudah memegang tiket dan paspor, dan tinggal berangkat ke bandara. Sungguh sangat nikmat menjadi wakil rakyat di republik ini. Tidak ada hidup yang paling nikmat, kecuali menjadi anggota DPR atau wakil rakyat di negeri ini. Sementara itu, nasib rakyat yang diwakilinya menjerit, karena tertimpa kesulitan hidup.
Anehnya. Produktiftas dan tingkat disiplin mereka sangat rendah. Sidang-sidang paripurna, dan rapat komisi, sering yang hadir jumlahnya sangat sedikit. Bahkan, sering paripurna DPR itu, yang hadir kosong melompong. Bahkan, pernah terjadi pengesahan undang-undang tanpa qourum. Tetapi, mereka mendapatkan segala fasilitas yang luar biasa, dan beberapa waktu yang lalu, menggagas gedung DPR yang baru, dan yang menelan biaya Rp. 1,7 triliun. 
Bandingkan dengan Abdullah Hehamahua itu, yang sudah menjadi "common enenmy", kalau diundang dan pergi dalam sebuah pertemuan, dia membawa botol minuman sendiri, dan tidak mau mendapatkan pemberian apapuin. Karena dia menjaga dirinya, jangan sampai terjerumus kepada perbuatan, yang dapat menghancurkan integritas pribadinya. Tetapi, DPR  tidak akan pernah memilih Abdullah menjadi pimpinan KPK. 
Begitulah nasib Busyro Muqaddan dan Abdullah Hehamahua, yang ingin memperbaiki negeri ini, dan membebaskan negeri dari belenggu para "bandit koruptor", malah menjadi musuh anggota DPR. Sejelek itu nasib Busyro Muqqadas dan Abdullah serta rakyat dan bangsa Indonesia. Wallahu'alam.

Sumber:

http://www.eramuslim.com/editorial/nasib-busyro-muqaddas-dan-kaum-hedonis-dpr.htm

No comments:

Post a Comment

Silakan Berkomentar