BEKASI (voa-islam.com) – Para kiyai Forum Silaturrahmi Warga Nahdliyin (FOSWAN), mengidentifikasi Salafi dari empat penampilan fisik yang harus diboikot warga Nahdlatul Ulama (NU).
Identifikasi ini disampaikan FOSWAN dalam tabligh akbar “Ulama Sejagad Menggugat Salafi-Wahabi” di Masjid Nurul Ikhwan Perumnas III Bekasi, Ahad (20/11/2011).
Ketua Lembaga Bahsul Masail FOSWAN Drs Muhammad Bukhori Maulana MA menyebutkan empat ciri fisik Salafi, yaitu celana cingkrang (tidak isbal), berjenggot tidak rapi, kening berbekas hitam dan wajah yang tidak enak dipandang.
“Jadi ciri Salafi ini, tolong camkan ini: celananya cingkrang, jenggotnya ngga karu-karuan, jidatnya itu hitam kelam, wajahnya tidak enak dipandang,” ujarnya dengan nada meledak-ledak.
Sayangnya, Bukhori Maulana tidak merinci apa bahaya empat identitas itu. Karena memakai celana di atas mata kaki bagi pria adalah sesuai dengan ajaran Rasulullah dalam hadits shahih. Menyalahkan jenggot yang tidak rapi juga seperti menyalahkan takdir Allah, karena hanya Dia yang mampu menentukan bentuk, tipe dan warga jenggot. Membenci kening hitam bekas sujud juga tidak beralasan, karena Muslim yang taat beribadah, wajar jika keningnya terdapat bekas hitam karena sujud minimal 34 kali dalam shalat wajib, ditambah puluhan bahkan ratusan sujud shalat sunnah sehari semalam. Sungguh aneh jika ada ustadz yang membenci bekas hitam di kening akibat kesungguhan ibadah. Kemudian wajah tak enak dipandang adalah ukuran yang subjektif dan rasialis.
Selain itu, alumus Pesantren Lirboyo Kediri ini juga mengaku dirinya bisa melihat orang-orang Salafi tidak hanya dari fisiknya, tapi dari kontak mata batinnya. “Kalau ada orang Salafi datang ke rumah saya untuk mengelabui saya, potonglah jenggotnya lebih dahulu, oles kepalanya biar ngga keliatan, datang ke rumah saya. Saya tahu itu Salafi karena hati saya langsung nggak enak kalau melihat orang Salafi,” ujarnya.
Lebih jauh lagi, untuk meyakinkan jamaah Nahdiyin bahwa raut muka orang Salafi itu tak ada yang enak dilihat, Bukhori Maulana tak segan-segan bersumpah atas nama Allah. “Kalau ada orang Salafi kelihatan enak, santun, wajahnya berseri, bertaburan cahaya rahmat Allah SWT, begitu saya lihat ternyata dia Salafi. Saya bersumpah demi Allah saat itu juga saya akan menjadi orang Salafi,” tegasnya.
Anehnya, untuk menambah dosis dalam menghajar citra Salafi, Bukhori Maulana mengais pendapat dedengkot liberal Indonesia, mendiang Nurcholis Madjid.
“Professor Doktor Nurkholis Madjid pernah mengatakan Kaum Salafi Wahabi menganggap bahwa kaum Nasrani masih lebih baik dari pada kaum Asy’ariyun. Asy’ariyun itu orang kita, kita semua ini adalah kelompok Asy’ari, masih mendingan orang Nasrani dari pada kita,” terangnya. [taz, ahmed widad]
Ahad (20/11/2011), warga Nahdliyin Bekasi menggelar tabligh akbar bertema “Ulama Sejagad Menggugat Salafi-Wahabi” di Masjid Nurul Ikhwan Perumnas III Bekasi.
Sesuai undangan yang disebarkan, seharusnya acara tersebut digelar sejak pukul 12.00 WIB, dengan menampilkan tiga pembicara utama: Drs Ansyad Mbai (Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme/BNPT), KH Said Aqil Siradj (Ketua Umum PBNU) dan Drs Muhammad Bukhori Maulana MA (Ketua Lembaga Bahsul Masail FOSWAN).
Namun hingga acara diakhiri Ansyad Mbai tak nampak hadir dengan berbagai alasan. Sementara Said Aqil Sirajd datang sangat terlambat beberapa jam, baru tiba di lokasi usai shalat ashar.
Sebagai pengisi waktu menunggu datangnya Said Aqil Siradj, maka acara dari zuhur hingga ashar diisi sepenuhnya oleh para ustadz lokal dari FOSWAN.
Setelah diawali dengan istighasah, Ketua Umum FOSWAN, Zainal Akifin menyampaikan kata sambutan. Dalam sambutannya, ia menuduh bahwa Salafi Wahabi sudah mencaci Ahlussunnah sejak zaman Rasulullah SAW.
“Berabad-abad semenjak zaman Rasulullah, sahabat, para tabi’in, para imam, para ulama, para wali, sampai pada detik sore hari ini mereka terus menerus menyebarkan hujatan kepada Ahlus sunnah wal jamaah,” kecamnya di hadapan ratusan jamaah Nahdiyin yang hadir.
Beberapa jamaah yang memahami sejarah, tentu mengernyitkan dahi, karena selama ini tudingan terhadap adanya gerakan Wahabi selalu dinisbatkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang baru lahir tahun 1115 H (1701 M). Klaim adanya gerakan Salafi Wahabi pada zaman Rasulullah SAW tentunya membingungkan.
Zainal Akifin juga menuding Salafi Wahabi sebagai gerakan yang seenaknya memalsukan hadits, mengafirkan orang lain di luar kelompoknya dan menghalalkan darah kaum muslimin. Karenanya, ia menegaskan bahwa warga Nahdliyin harus memboikot dan tidak memberikan toleransi sedikitpun kepada umat Islam yang mereka tuduh sebagai kaum Salafi Wahabi. “Tidak ada kata toleransi kepada mereka, sama seperti mereka tidak ada toleransi kepada kita. Dan tidak ada kata-kata kita bersama dengan mereka karena mereka juga tidak pernah mau bersama dengan kita,” tegasnya.
Usai sambutan, acara kemudian dilanjutkan dengan bedah buku berjudul “Siapa Bilang Cium Tangan Itu Musyrik” terbitan FOSWAN. Dalam prolognya moderator acara tersebut mengungkapkan bahwa buku ini diterbitkan karena selama ini anak-anak SDIT tidak mau cium tangan karena sudah didoktrin oleh kelompok Salafi Wahabi bahwa cium tangan adalah musyrik.
“Siapa bilang mencium tangan musyrik, kalau kita lihat anak-anak kita terutama yang belajar di SDIT-SDIT itu cium tangannya sudah berubah tetapi cium jidat ini karena hasutan atau pengaruh dari kelompok-kelompok tersebut yang seolah-olah mencium tangan itu musyrik.” ungkapnya.
Sayangnya, moderator sama sekali tidak menyebutkan kasus tersebut terjadi di SDIT mana, dan ustadz siapa yang menghasut itu. Dalam buku “Siapa Bilang Cium Tangan Itu Musyrik” juga tidak menyebutkan data apapun tentang SDIT Salafi Wahabi yang dituding menghasut itu.
Seharusnya, sebagai buku ilmiah, penulis memaparkan siapa yang dibantahnya, dan apa dalil yang dipergunakan lawan. Jika tidak ada data apapun, lantas berani menyimpulkan kelompok lain menghasut, maka pembaca dan audien malah bertanya-tanya, siapa yang menghasut? Jangan-jangan ada provokator berteriak penghasut! [taz, ahmed widad]
BEKASI (voa-islam.com) – Nilai ilmiah dan akademis dalam acara bertajuk bedah buku agama yang digelar warga Nahdlatul Ulama (NU) yang tergabung dalam FOSWAN (Forum Silaturrahmi Warga Nahdliyin) menjadi kabur, karena dikotori hujatan dan caci maki terhadap ulama dan hujatan terhadap sesama Muslim.
Salah satu materi Tabligh Akbar bertema “Ulama Sejagad Menggugat Salafi-Wahabi” di Masjid Nurul Ikhwan Perumnas III Bekasi, Ahad (20/11/2011), adalah bedah buku terbitan FOSWAN.Dalam pemaparannya, tanpa ta’zhim sedikitpun, Ketua Lembaga Bahsul Masail FOSWAN Drs Muhammad Bukhori Maulana MA menyebut nama-nama ulama besar tanpa rasa hormat sedikitpun. Ia menuding para ulama itu telah diberhalakan oleh kaum Salafi Wahabi.
“Ibnu taimiyyah dalam kitabnya Majmu’ Fatawa, kalau kita bicara Salafi Wahabi kita musti bicara makhluk ini. Makhluk ini hampir menjadi berhalanya kaum Salafi. Saya berdoa kepada Allah semoga orang-orang Salafi dengar kata-kata saya. Ibnu Taimiyah itu hampir diberhalakan oleh Salafi Wahabi. Bin Baz hampir diberhalakan atau mungkin sudah jadi berhala oleh Salafi Wahabi. Nashiruddin Albani hampir diberhalakan atau mungkin sudah jadi berhala kaum Salafi Wahabi. Al-Jibrin hampir diberhalakan atau mungkin sudah diberhalakan oleh Salafi Wahabi. Karena kenapa? Karena seluruh pendapat mereka dianggap mutlak benar maka siapa yang berbeda pendapat dengan Albani, Al-Jibrin, Al-Utsaimin, Ibnu Taimiyyah semuanya dianggap sesat dan bid’ah,” ujarnya berapi-api di hadapan ratusan jamaah.
Tak puas mencaci-maki kelompok Salafi, lulusan Pesantren Lirboyo Kediri ini juga menuding Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai wajah lain kaum Salafi Wahabi yang memberhalakan ulama.
“Kalau saya ditanya, ini kalau ada orang PKS tolong dilaporin sama pengurusnya. PKS dengan Wahabi itu sama nggak? Sama bin sama, bedanya apa? Bedanya setipis jenggot mereka dengan jenggot Salafi,” tegasnya.
Tak hanya itu, Bukhori juga menuding PKS membohongi warga Nahdiyin dengan pura-pura tahlilan dan maulidan jelang Pemilu untuk meraup suara sebanyak-banyaknya. “Kalau mereka tahlilan, bohong! Itu kalau mau Pemilu saja. PKS ngadakan Maulid Nabi juga, kalau Pemilu saja! Jadi siapa yang bodoh kalau milih PKS itu?” jelasnya.
Dengan kutipan-kutipan sarkasme yang konfrontatif sesama Muslim seperti itu, tak jelas di mana nilai ilmiah dan akademisnya. Padahal ‘bahasa menunjukkan bangsa’ dan ‘air beriak tanda tak dalam.’
Sesama muslim seharusnya ruhama baynahum (saling berkasih sayang), bukan asyidda’ (bersikap keras/garang). Qul khairan aw liyasshmut, ya ustadz. [taz, ahmed widad]
Sumber: http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/11/22/16781/aneh-forum-nahdiyin-mengais-pendapat-liberal-untuk-serang-salafi/
http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/11/22/16776/masya-allah-warga-nahdiyin-boikot-muslim-yang-dituduh-salafi-wahabi/
http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/11/22/16780/melongok-forum-nahdiyin-parade-caci-maki-terhadap-ulama-salafi-dan-pks/
kepanikan ustadz2 NU karena banyak warganya yang jadi salafi wahabi....
ReplyDeleteorder ceramahnya jadi berkurang deeh....
orang2 NU ini seharusnya dilarang naik haji ke saudi yang nota bene berlandaskan ajaran salafi wahabi.
jumud adalah ciri orang2 NU ini...
entah jumud atau bagaimana, yang jelas NU sebagai ormas Islam tertua terlihat sangat responsive dan reaktif dengan kelompok satu ini, yang mereka juluki sebagai "salafi wahabi". padahal sebelumnya belum pernah se-"parno" ini. sepertinya ada semacam gesekan sensitif di tubuh NU bila berhadapan dengan kelompok salafi wahabi ini. hmm, kayaknya bener2 sesuatu banget. ;))
ReplyDelete