Wednesday, March 7, 2012

PERAN ZIONIS ISRAEL DAN PENJARA SADIS BASHAR ASAD DALAM MEMBANTAI LEBIH DARI 10.000 MUSLIM SURIAH SELAMA 10 TAHUN TERAKHIR

ANKARA (Arrahmah.com) – Sumber di pihak militer Turki mengungkapkan kepada Koran Sharq Awsath, London pada Sabtu (3/3/2012) bahwa radar udara Turki menemukan pesawat-pesawat tanpa awak buatan penjajah zionis Israel berputar-putar di atas wilayah-wilayah Suriah.

Sumber itu menjelaskan bahwa pesawat-pesawat tanpa awak tersebut dipergunakan untuk memata-matai para aktivis revolusi Suriah dan membombardir mereka. Sumber itu juga menegaskan sejumlah pesawat tanpa awak itu buatan penjajag zionis Yahudi.
Pihak militer Turki menyebutkan fakta ini memiliki tiga kemungkinan. Pertama, penjajah zionis Yahudi bekerja sama secara penuh dengan rezim Nushairiyah Suriah untuk memadamkan revolusi rakyat muslim Suriah. Kedua, keduanya menjalin setengah kerja sama, dalam arti kata zionis Yahudi memasok data kepada rezim Suriah.
Ketiga, Rusia membeli pesawat-pesawat tersebut dari zionis Yahudi kemudian memberikannya kepada sekutu utamanya, rezim Suriah. Jika kemungkinan terakhir yang terjadi, maka pesawat-pesawat itu dioperasikan oleh para perwira militer dan intelijen Rusia di Suriah.
Media massa internasional sejak beberapa pekan yang lalu melaporkan kekhawatiran seluruh kekuatan politik zionis Yahudi akan kejatuhan rezim Suriah. Selama lebih dari empat puluh tahun yang lalu, rezim Nushairiyah Suriah telah menjadi ‘anjing pengawal’ utama negara penjajah zionis Yahudi itu dari kemungkinan serangan mujahidin Suriah dan negeri-negeri lainnya. Jika rezim Suriah jatuh, eksistensi negara zionis Yahudi berada di ujung tanduk.

DAMASKUS (Arrahmah.com) – Organisasi HAM Suriah melaporkan pada Ahad (4/3/20120 bahwa lebih dari 2000 warga sipil muslim gugur oleh serangan militer rezim Suriah selama bulan Februari 2012.
Stasiun TV Al-Arabiya pada hari Ahad menayangkan laporan organisasi HAM Suriah tersebut. Berdasar laporan itu, lebih dari 2000 warga sipil muslim gugur hanya dalam waktu sebulan serangan militer rezim Suriah. Dari seluruh korban, sebanyak 1840 orang gugur di propinsi Homs, dengan 489 orang di antaranya gugur di Baba Amru.
Organisasi HAM Suriah juga melaporkan sebanyak 161 korban adalah anak-anak kecil dan 244 korban adalah wanita. Angka ini merupakan jumlah korban tertinggi dalam waktu satu sebulan sejak revolusi rakyat muslim Suriah dimulai di bulan Maret 2011.
Melihat bombardir militer secara massif dan pembantaian terhadap para warga sipil yang saat ini terjadi di Rastan, Qashir, Damaskus, Idlib, Himah, dan wilayah lainnya, bisa dipastikan puluhan atau ratusan warga sipil muslim Suriah akan menyusul sebagai korban gugur. Kebiadaban rezim Nushairiyah Suriah yang didukung oleh Syiah Lebanon, Syiah Irak, Syiah Iran, komunis Rusia dan Cina nampaknya masih akan terus berlangsung.

SURIAH (Arrahmah.com) - Seorang aktivis Suriah bercerita kepada Asharq Al-Awsat (koran arab internasional). Cerita tentang pengalaman penahanannya di penjara Damaskus, mengatakan bahwa maskar besar aparatur “keamanan” presiden Bashar al-Assad telah menjadi seperti “kuburan-kuburan berapi” dimana para “pemberontak” disiksa.
Pada akhirnya melarikan diri ke Mesir, Aktivis Tariq Sharabi mengingat kembali kengerian yang ia alami setelah memasuki markas besar “pasukan keamanan” Bashar Assad di ibukota Suriah, Damaskus. Gedungnya memiliki delapan lantai, dengan dinding-dinding luar dan gerbang besi yang dilindungi oleh para pasukan garda bersenjata berat. Setiap lantai memiliki koridor remang-remang berjejer dilapisi dengan 40 pintu sel penjara berpintu besi.
Tariq Sharabi (26), asli Damaskus, mengungkapkan kepada Ashraq Al-Awsat apa yang ia lihat dan dengar dibalik wilayah “keamanan” Bashar Assad di Damaskus. Ia memulai bercerita, “Saya ditangkap karena berpartisipasi dalam sebuah demonstrasi yang dimulai di Masjid al-Dakak di Damaskus, dan segera bergabung dengan lima ribu orang. Kami melakukan demonstrasi untuk “kemerdekaan”, kami mengibarkan bendera kebebasan disana, dan kami menulis di dinding-dinding jalan untuk menyeru Bashar al-Assad untuk pergi. Tetapi beberapa menit kemudian kami dikejutkan oleh ratusan pasukan keamanan Suriah, bersenjata lengkap, menembaki kami dengan senjata mesin. Setelah saya bersembunyi di sebuah rumah untuk satu setengah jam, dan kemudian melarikan diri ke Masjid Hasan, saya ditangkap”.
Sharabi dibawa, bersama yang lainnya. Ke markas besar aparatur “keamanan” di Damaskus, “Disana ada 200 dari kami di dalam sebuah ruangan yang tidak memiliki ventilasi. Dinding-dindingnya dipahat dan menakuti-nakuti, seperti sebuah kuburan.” Ketika Sharabi menceritakan pengalamannya di penjara sadis Bashar Assad, raut wajahnya menunjukkan kengerian dan dukacita. Ia lanjut mengatakan, “Setelah dua jam dipukuli dan dicaci-maki, kami dibawa ke ‘kantor investigasi’. Saat saya keluar dari sel dalam perjalanan ke kantor tersebut, ada sebuah koridor lebih dari 20 meter panjangnya di depan saya dengan pintu-pintu besi yang juga di dalamnya (sekitar 40 pintu total per lantai). Kami mendengar jeritan dari mereka yang sedang disiksa dan mereka yang sedang diestrum dengan listrik.
Sharabi melanjutkan, “tubuh-tubuh kami bergetar saat kami mendengar teriakan-teriakan itu..pada saat yang sama saya berdiri di depan salah satu sel ketika saya melihat sekilas seorang pria telanjang digantung kakinya (kakinya diatas -red) dengan darah mengalir dari tubuhnya. Dagingnya telah tercabik karena luka cambukan, dan mereka (para petugas penjara biadab) melanjutkan memukulinya dan menyiksanya dengan tongkat dan cambuk.” Sharabi melanjutkan lagi, “kami dibariskan menuju ruangan investigasi di lantai ketiga, kami mendengar suara keras dibalik salah satu pintu sel, bernyanyi untuk Bashar Al-Assad, untuk meningkatkan ketakutan kami tentang apa yang sedang kami hadapi. Ketika kami sampai di lantai tiga, saya merasakan bahwa kami akan dibunuh karena apa yang kami lihat dan kami dengar”.
Sharabi menjelaskan bahwa, “Mereka tidak menutup mata kami..mereka ingin kami ketakutan sehingga kami mengatakan segalanya kepada mereka. Kemudian seorang pria memasuki ruang investigasi dengan memakai pakaian sipil, yang mengatakan kepada kami bahwa dia adalah direktur operasi. Dia berkata kepada kami bahwa kami berada di gedung keamanan negara, dan menyatakan bahwa kami dituduh karena berada di daerah demonstrasi yang diketahui. Dan bahwa kami telah ditangkap karena berusaha mencoba mengorganisir sebuah gerakan (demonstrasi). Tentu saja saya membantah semua itu, mengatakan kepada petugas itu bahwa saya melakukan shalat di Masjid al-Dakak dan kemudian dalam perjalanan saya ke rumah kakek saya. Direktur itu kemudian melihat kepada petugas dan memerintahkannya untuk membawa saya ke sebuah ruangan sendirian, dimana saya ditahan selama hampir empat jam”.
Sharabi kemudian mengungkapkan bahwa ia dibebaskan setelah menjadi sasaran sesi penyiksaan, dan setelah dipaksa untuk menandatangani sebuah pernyataan untuk tidak berpartisipasi lagi dalam demonstrasi, Sharabi menambahkan, “jika aparatur keamanan negara telah mengkonfirmasi yang mereka miliki tentang saya, saya akan tetap dikunci di dalam penjara keamanan negara”. Sharabi mengatakan bahwa hanya empat orang yang dibebaskan dari sekitar 200 orang yang ditahan bersamanya, Sharabi menganggap “markas besar keamanan negara Bashar al-Assad adalah seperti kuburan api dimana para revolusioner disiksa”.
Terkait bagaimana Sharabi melarikan diri ke Kairo, ia mengatakan, “setelah keterlibatan saya di beberapa demonstrasi di Damaskus, salah seorang aktivis mengatakan kepada saya bahwa nama saya termasuk di dalam daftar keamanan negara, dan informasi ini berasal dari sumber-sumber keamanan yang diam-diam mendukung revolusi. Aktivis tersebut meminta saya untuk meninggalkan Suriah dan mengikuti perkembangannya dari luar. Demikian juga keluarga saya melarikan diri lebih dahulu sehingga mereka tidak akan dicelakakan, dan kemudian saya melarikan diri melalui Yordania ke Mesir”.
oleh: Amr Ahmed
Asharq Al-Awsat

DAMASKUS (Arrahmah.com) – Para aktivis kemanusiaan dan oposisi di Suriah melanjutkan pendataan korban gugur dan terluka di pihak rakyat sipil muslim. Berdasar perhitungan terbaru sampai hari Senin (5/3/2012), lebih dari 10 ribu warga muslim telah gugur di tangan militer rezim Nushairiyah Suriah dan sekutunya sejak revolusi bergulir Maret 2011.
Para aktivis di Suriah memastikan belum genap setahun revolusi berjalan, jumlah warga sipil muslim yang gugur telah mencapai 10135 orang. Jumlah itu belum terhitung sedikitnya 11 warga sipil muslim yang gugur pada hari Selasa (6/3/2012).
Propinsi Homs ‘menyumbang’ saham terbesar akibat bombardier militer selama 26 hari penuh terhadap wilayah Baba Amru dan wilayah lain di propinsi Homs. Dari keseluruhan korban gugur, terdapat 725 anak kecil dan lebih dari 605 wanita.
Situs Pusat Data Korban Syuhada Revolusi Suriah menegaskan baha 10135 korban gugur tersebut baru mencakup para korban yang teridentifikasi nama dan kotanya, serta beberapa di antaranya disertai rekaman video oleh jurnalis lokal, nasional, maupun internasional. Lembaga-lembaga kemanusiaan di Suriah memastikan jumlah korban bisa berlipat kali lebih banyak bila ditambah dengan korban-korban yang tidak teridentifikasi.

Sumber:
http://arrahmah.com/read/2012/03/05/18550-pesawat-militer-israel-ikut-membunuhi-penduduk-suriah.html
http://arrahmah.com/read/2012/03/06/18586-lebih-dari-2000-warga-sipil-muslim-suriah-gugur-selama-februari-2012.html
http://arrahmah.com/read/2012/03/06/18579-kesaksian-seorang-aktivis-suriah-tentang-pengalamannya-di-penjara-sadis-bashar-assad.html
http://arrahmah.com/read/2012/03/07/18601-belum-genap-setahun-revolusi-lebih-dari-10-ribu-warga-sipil-muslim-suriah-gugur.html

2 comments:

  1. Ya ... politik memang kejam .... ini buktinya.
    apakah itu politik ? atau agama ? atau oknum ?
    Yang paling tepat adalah politik, ingin berkuasa, ingin memperluas kekuasaan. Segala cara ditempuh dengan tipu muslihat, dengan kelemah lembutan, dengan kekerasan, dengan cinta untuk mendapatkan tujuannya. Mirip dengan FPI; tujuannya menegakkan dan membasmi kemungkaran justru FPI melakukan kemungkaran kemungkaran dengan mengatas namakan Agama islam. Itu bukan agama tetapi politik yang berkedok agama.

    ReplyDelete
    Replies
    1. tidak masalah, semua memang ingin menjadi terdepan, berkuasa.
      namun, berkuasa yang seperti apa? yang penuh keadilan sesuai hukum Allah, hukum Islam? atau hukum buatan manusia? atau halusinasi penganut agama2 baru?
      kita akan melihatnya, segera...

      Delete

Silakan Berkomentar