Saturday, March 24, 2012

PALESTINA: POTRET NEGERI PARA SYUHADA DAN PENGHAFAL AL QUR'AN

Hidayatullah.com—Di tangan ulama-ulama yang ikhlas, justru melahirkan kekuatan dan kebangkitan umat. Contohnya di Afghanistan dan Palestina. Di saat umat Islam sulit untuk bangkit dari penjajahan Uni Soviet, Allah mentakdirkan ulama seperti Syeikh Dr. Abdullah Azzam yang membalikkan situasi dari keterjajahan kepada kemerdekaan. Sementara di Palestina yang dijajah sejak 1948 justru melahirkan Syeikh Ahmad Yassin.


“Pada masa 40 tahun itu Rejim-rejim Arab resmi tidak dapat memberi apapun untuk kemaslahatan Palestina bahkan terus menerus menzalimi bahkan mengkhianati hak bangsa Palestina. Di saat itu pula muncul sejumlah pemikir dan cendekiawan Arab yang berorientasi kepada Arabisme, sosialisme dan sekularisme, namun mereka pun tak berhasil memberikan solusi mujarab untuk kemerdekaan kami”, jelas Abu Mahfuz. Namun pada saat 1988, muncul Syeikh Ahmad Yassin, tokoh utama pendiri HAMAS (Harakah Al-Muqawamah Al-Islamiyah)," ujarnya Ketua Komite Aliansi Internasional untuk Al-Aqsha, Syeikh Saud Abu Mahfuz dengan para wartawan media kantor Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) pada Selasa siang, (20/03/2012) kemarin.
Menurut Syeikh Saud, justru disebabkan ruh Al-Qur’an yang dibangkitkan oleh Syeikh Ahmad Yassin itulah, kini kota Jalur Gaza adalah kota Islam yang terbanyak melahirkan ribuan para penghafal Qur’an.

Menurutnya, tidak kurang ada 60.000 hafiz al-Qur’an di Jalur Gaza. Selain itu, kota yang terus dikepung Israel dengan dukungan Barat ini juga menjadi kota terkecil dengan jumlah masjid terbanyak di Timur Tengah, dan dengan prosentase tingkat populasi yang berpendidikan tinggi terbanyak di Arab.

Menariknya, kini hampir 100% wanita Muslimah di Gaza telah berjilbab. Semua ini terjadi, ujar Syeikh Saud, karena ada nilai-nilai al-Quran.
“Tanpa kekuasaan politik dan corak pemikiran yang mentereng, beliau (Syeikh Yasin, red) dengan sosok kesederhanaannya tampil memberikan solusi sederhana tapi fundamental, yaitu al-Qur’an untuk kebangkitan bangsa Palestina”, tuturnya dengan penuh bangga.



Hidayatullah.com--Umat Islam menghadapi problematika yang sangat besar dan tantangan serius, baik akidah, pemikiran maupun penjajahan fisik. Namun, Allah masih sayang kepada umat ini, sehingga di saat hampa dan galau, Allah masih menyiapkan untuk umat ulama yang ikhlas dan siap berkorban untuk kebangkitan umat. Hanya dengan bekal Al-Qur’an dan ulama yang siap mengabdi untuk Islam, umat ini akan bangkit. Demikian intisari perbincangan dan dialog Syeikh Saud Abu Mahfuz dengan para wartawan media kantor Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) pada Selasa siang, (20/03/2012).

Syeikh Saud mencontohkan Afghanistan. Di saat umat Islam sulit untuk bangkit dari penjajahan Uni Soviet, Allah mentakdirkan munculnya ulama rabbani seperti Syeikh Dr. Abdullah Azzam yang membalikkan situasi dari keterjajahan kepada kemerdekaan. Juga Al-Aqsha dan Palestina selama 40 tahun sejak 1948-1988, hak-hak rakyat ditelikung dan dikangkangi oleh kekuatan adi daya Inggris, Amerika dan Zionis-Israel.

“Pada masa 40 tahun itu Rejim-rejim Arab resmi tidak dapat memberi apapun untuk kemaslahatan Palestina bahkan terus menerus menzalimi bahkan mengkhianati hak bangsa Palestina. Di saat itu pula muncul sejumlah pemikir dan cendekiawan Arab yang berorientasi kepada Arabisme, sosialisme dan sekularisme, namun mereka pun tak berhasil memberikan solusi mujarab untuk kemerdekaan kami”, jelas Abu Mahfuz. Namun pada saat 1988, muncul Syeikh Ahmad Yassin, tokoh utama pendiri HAMAS (Harakah Al-Muqawamah Al-Islamiyah)," ujarnya. [Baca; Gaza Dikepung, Lahirkan 60.000 Hafiz al-Qur’an]

Menurut Mahfuz, Umat Islam hanya memerlukan ulama yang ikhlas dan penuh pengabdian dari pada kuantitas ulama yang banyak tapi tidak siap dan mau bekerja untuk kebangkitan umat. Banyak yang berilmu tapi yang mau dan siap bekerja untuk Islam dengan ilmunya masih sedikit.
“Bandingkan dengan 500 ribu rabbi Yahudi yang datang dari 110 negara yang memprioritaskan kebangkitan Haikal (Sinagog) Yahudi peninggalan Sulaiman sebagai puncak priorias agenda kegiatan mereka”, tukas beliau.

Tujuan utama mereka merebut dan menduduki Palestina adalah mendirikan kembali sinagog Yahudi, yang dibahasakan rejim Zionis sebagai Ibukota Abadi Israel. Jika haikal tempat bersemayamnya Tuhan (YAHWEH) Yahudi diwujudkan, maka akan ia dirancang menjadi pusat kapitalisme dunia dengan cara menguasai politik, media dan uang.

Setiap anak kecil, remaja, dewasa dan orangtua di Israel selalu menyatakan tujuan mereka adalah untuk HAIKAL, pada saat bangun, akan tidur, makan, kerja bahkan kawin. Haikal jadi prioritas pikiran dan kerja mereka, dan tertanam sejak kecil.

Target dari penghancuran al-Aqsha yang dilancarkan Zionis Israel mencakup tanah, manusia, identitas diri dan symbol kota suci Al-Quds.

Perhatian Sahabat Nabi

Syeikh Saud Abu Mahfuz juga menyinggung fakta penting bahwa Al-Quds menempati posisi khusus di hati para sahabat didikan Nabi Muhammad. Buktinya, jika di sekitar kota suci Makkah Al-Mukarramah hanya ditemukan 45 makam sahabat nabi, maka hal itu tidak sebanding dengan ribuan sahabat nabi yang dimakamkan di dalam wilayah dan area sekitar kota Al-Quds. Abu Mahfuz menyampaikan bahwa di dalam kota Al-Quds ditemukan tidak kurang dari 3500 makam para sahabat nabi, dan ada 10.000 makam para sahabat nabi di daerah-daerah perbatasan luar kota Al-Quds.

Belum lagi, lanjutnya, tokoh sahabat wanita kenamaan seperti Ummu Darda’ juga dimakamkan di sana, dan tokoh sufi wanita kebanggaan umat Islam, Rabi’ah Al-Adawiyah juga dimakamkan di Al-Quds. Mereka para sahabat agung dan tokoh-tokoh besar muslim termotivasi oleh hadis nabi saw yang menyatakan ‘syaddur rihal’, keharusan berkunjung, ke tiga kota suci Islam yaitu Makkah, Madinah dan Al-Quds.

Selain fakta tersebut, Abu Mahfuz menegaskan bahwa jauh sebelum Al-Quds dibebaskan oleh Khalifah Umar ibn Al-Khattab, kota suci kiblat pertama umat Islam itu telah lebih dahulu dibebaskan oleh Rasulullah Muhammad saw saat beliau menjalani Isra’ Mi’raj pada tahun 621 M, dimana beliau disambut oleh 120.000 nabi dan 315 rasul yang Allah utus sebelum beliau dan mengimami mereka shalat sunnah di Masjid Al-Aqsha.

“Bagi kami bangsa Palestina dan juga umat Islam sedunia, Al-Quds adalah bagian akidah yang fundamental, bukan sekedar konflik penguasaan wilayah dan pendudukan. Sebab ia lebih bersifat akidah karena ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang menekankan pentingnya Al-Aqsha atau Bayt Al-Maqdis yang disabdakan Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wassalam sebagai tanah tempat dibangkitkannya seluruh manusia, dan tanah tempat mahsyar hari kiamat.
Oleh sebab itulah dalam hadis riwayat Maymunah bint Al-Harits, Rasulullah perintahkan kita untuk mengunjunginya, shalat di masjidnya, atau setidaknya jika tidak sanggup maka mengirimkan minyak untuk menyalakan lampu-lampu di masjid Aqsha.”

Di akhir paparan, Syekh Saud Abu Mahfuz berharap kepada ulama muda yang tergabung di MIUMI untuk membekali umat dengan Al-Qur’an dan menjadi ulama ‘amilin, yang siap dan mau bekerja untuk Islam. Acara dialog MIUMI dengan Ketua Komite Aliansi Internasional Untuk Al-Aqsha diikuti oleh rekan-rekan media dan tim manajemen MIUMI. Acara tersebut berlangsung hangat dan haru mendengarkan paparan Syeikh Saud Abu Mahfuz.*/

Fahmi Salim, Wasekjen MIUMI 

Sumber:

http://hidayatullah.com/read/21837/22/03/2012/hanya-dengan-al-qur%E2%80%99an-dan-ulama,-umat-akan-bangkit.html
http://www.hidayatullah.com/read/21838/22/03/2012/gaza-dikepung,-lahirkan-60.000-hafiz-al-qur%E2%80%99an-.html
www.bersamadakwah.com/2010/09/gaza-wisuda-24-ribu-hafidz-al-quran.html

No comments:

Post a Comment

Silakan Berkomentar