Hidayatullah.com—Bahrain, yang menjadi
korban langsung pemalsuan penerjemahan pidato Presiden Mesir Muhammad Mursy di
KTT Non-Blok oleh Iran, menuntut pemerintah Teheran agar meminta maaf secara
resmi.
Dilansir AFP (3/9/2012), Kementerian Luar Negeri Bahrain di Manama, hari Sabtu (1/9/2012) mengirimkan “memorandum protes resmi” kepada charge d'affairs Iran atas kesalahan penerjemahan yang dilakukan oleh stasiun televisi resmi pemerintah Iran atas pidato Muhammad Mursy di KTT Non-Blok di Teheran pada hari Kamis sebelumnya.
Dilansir AFP (3/9/2012), Kementerian Luar Negeri Bahrain di Manama, hari Sabtu (1/9/2012) mengirimkan “memorandum protes resmi” kepada charge d'affairs Iran atas kesalahan penerjemahan yang dilakukan oleh stasiun televisi resmi pemerintah Iran atas pidato Muhammad Mursy di KTT Non-Blok di Teheran pada hari Kamis sebelumnya.
Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Bahrain menuntut agar
pemerintah Iran meminta maaf atas tindakan itu dan mengambil langkah untuk
mengoreksinya, serta memastikan bahwa hal serupa tidak akan terjadi lagi.
Pemerintah di Manama mengatakan bahwa penerjemah Iran berulangkali mengganti kata Suriah dengan Bahrain, meskipun Mursy yang berpidato dalam bahasa Arab tidak menyebutkan Bahrain sama sekali.
Bahrain tidak menujuk nama-nama stasiun televisi Iran yang menyiarkan penerjemahan palsu itu. Namun diketahui, di antara stasiun televisi yang menyiarkan pidato Mursy yang diterjemahkan secara langsung itu adalah IRINN dan Channel One.
Menurut AFP, IRINN menyiarkan terjemahan resmi yang disiarkan secara langsung dalam KTT itu. Sementara menurut Aljazeera, Channel One menggunakan penerjemahnya sendiri yang mengganti kata Suriah dengan Bahrain.
Sengaja dipalsukan
Sebelumnya, Alarabiya pada hari Jumat (31/8/2012) melaporkan bahwa radio dan stasiun televisi Iran mendapat kecaman dari berbagai pihak karena mengubah isi pidato Mursy lewat terjemahan yang salah dan tidak lengkap.
Para pengkritik mengatakan, pihak Iran sengaja mengubah terjemahan isi pidato Mursy untuk disesuaikan dengan propaganda mereka.
Situs Digarban, yang memantau media-media konservatif Iran, menulis bahwa stasiun televisi Iran memalsukan pidato Mursy, dengan cara sengaja menolak menerjemahkan kecaman keras Mursy atas rezim Suriah.
Sejumlah situs yang dekat dengan penguasa Teheran, seperti Jahan News dan Asriran, mempublikasikan pidato Mursy tanpa mencantumkan bagian di mana presiden itu mengkritik Presiden Suriah Bashar Al Assad.
Jahan News menggambarkan Presiden Mursy sebagai “presiden yang sedang naik daun” dan menggambarkan pidatonya tentang Assad sebagai “ekstrimis” dan “irrasional.”
Saat Mursy bicara tentang negara-negara yang terkena Arab Spring dan menyebut Libya, Tunisia, Mesir, Suriah dan Yaman, penerjemah mengganti kata Suriah dengan Bahrain.
Amid Mukadam seorang aktivis media Iran kepada Alarabiya mengatakan, ia mendengar “Bahrain” disebut 3 kali dalam terjemahan bahasa Persia, padahal dalam pidato asli Mursy tidak disebut sama sekali.
Mukadam mengatakan, penerjemah bahasa Persia “kelihatan bingung, yang berarti ia dengan sengaja menyusupkan sejumlah kata-kata dalam terjemahan pidato Mursy, dan ia dengan sengaja mengganti kataArab Spring dengan Al Sahwa Al Islamiyah atau kebangkitan Islam.
“Hal seperti itu tidak akan pernah terjadi, jika tidak diperintahkan oleh pejabat yang tebih tinggi,” jelas Mukadam. Ia menambahkan, hal semacam itu merupakan pemalsuan terang-terangan atas sebuah pidato resmi oleh seorang presiden yang di dengar oleh banyak orang di seluruh dunia.
Televisi Iran juga dilaporkan mengubah kata-kata terkait Suriah dalam pidato Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon dan Presiden Majelis Umum PBB Nasser Abdul Aziz.
Mukadam mengatakan, pemalsuan pidato-pidato itu menunjukkan dengan jelas bahwa Teheran lebih memikirkan tentang pandangan rakyatnya terkait isu-isu tersebut (Suriah dan Arab Spring) ketimbang apa yang sebenarnya menjadi pemikiran dan perkataan Presiden Mesir Muhammad Mursy.*
Pemerintah di Manama mengatakan bahwa penerjemah Iran berulangkali mengganti kata Suriah dengan Bahrain, meskipun Mursy yang berpidato dalam bahasa Arab tidak menyebutkan Bahrain sama sekali.
Bahrain tidak menujuk nama-nama stasiun televisi Iran yang menyiarkan penerjemahan palsu itu. Namun diketahui, di antara stasiun televisi yang menyiarkan pidato Mursy yang diterjemahkan secara langsung itu adalah IRINN dan Channel One.
Menurut AFP, IRINN menyiarkan terjemahan resmi yang disiarkan secara langsung dalam KTT itu. Sementara menurut Aljazeera, Channel One menggunakan penerjemahnya sendiri yang mengganti kata Suriah dengan Bahrain.
Sengaja dipalsukan
Sebelumnya, Alarabiya pada hari Jumat (31/8/2012) melaporkan bahwa radio dan stasiun televisi Iran mendapat kecaman dari berbagai pihak karena mengubah isi pidato Mursy lewat terjemahan yang salah dan tidak lengkap.
Para pengkritik mengatakan, pihak Iran sengaja mengubah terjemahan isi pidato Mursy untuk disesuaikan dengan propaganda mereka.
Situs Digarban, yang memantau media-media konservatif Iran, menulis bahwa stasiun televisi Iran memalsukan pidato Mursy, dengan cara sengaja menolak menerjemahkan kecaman keras Mursy atas rezim Suriah.
Sejumlah situs yang dekat dengan penguasa Teheran, seperti Jahan News dan Asriran, mempublikasikan pidato Mursy tanpa mencantumkan bagian di mana presiden itu mengkritik Presiden Suriah Bashar Al Assad.
Jahan News menggambarkan Presiden Mursy sebagai “presiden yang sedang naik daun” dan menggambarkan pidatonya tentang Assad sebagai “ekstrimis” dan “irrasional.”
Saat Mursy bicara tentang negara-negara yang terkena Arab Spring dan menyebut Libya, Tunisia, Mesir, Suriah dan Yaman, penerjemah mengganti kata Suriah dengan Bahrain.
Amid Mukadam seorang aktivis media Iran kepada Alarabiya mengatakan, ia mendengar “Bahrain” disebut 3 kali dalam terjemahan bahasa Persia, padahal dalam pidato asli Mursy tidak disebut sama sekali.
Mukadam mengatakan, penerjemah bahasa Persia “kelihatan bingung, yang berarti ia dengan sengaja menyusupkan sejumlah kata-kata dalam terjemahan pidato Mursy, dan ia dengan sengaja mengganti kataArab Spring dengan Al Sahwa Al Islamiyah atau kebangkitan Islam.
“Hal seperti itu tidak akan pernah terjadi, jika tidak diperintahkan oleh pejabat yang tebih tinggi,” jelas Mukadam. Ia menambahkan, hal semacam itu merupakan pemalsuan terang-terangan atas sebuah pidato resmi oleh seorang presiden yang di dengar oleh banyak orang di seluruh dunia.
Televisi Iran juga dilaporkan mengubah kata-kata terkait Suriah dalam pidato Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon dan Presiden Majelis Umum PBB Nasser Abdul Aziz.
Mukadam mengatakan, pemalsuan pidato-pidato itu menunjukkan dengan jelas bahwa Teheran lebih memikirkan tentang pandangan rakyatnya terkait isu-isu tersebut (Suriah dan Arab Spring) ketimbang apa yang sebenarnya menjadi pemikiran dan perkataan Presiden Mesir Muhammad Mursy.*
Rep: Ama Farah
Red: Dija
TAQIYAH = MUNAFIK?
Taqiyah menurut kaum Muslimin adalah sebuah istilah yang pemahamannya hanya terarah kepada satu arti Yaitu “Dusta”. Adapun menurut Syi’ah taqiyah berarti perbuatan seseorang yang menampakkan sesuatu berbeda dengan apa yang ada dalam hatinya, artinya nifaq dan menipu dalam usaha mengelabui atau mengecoh manusia. Taqiyah adalah satu prinsip dari prinsip-prinsip kesesatan mereka. Taqiyah memiliki kedudukan yang luar biasa, mereka telah menempatkannya dalam tempat pengagungan dan pengkultusan, hingga mereka menjadikannya sebagai asas dalam agama mereka, dengan taqiyah seorang hamba akan mendapatkan pahala dan ihsan dari Allah.
Taqiyah adalah satu rukun dari rukun-rukun agama mereka, seperti halnya shalat. Ibnu Babawaihmengatakan:“Keyakinan kami tentang taqiyah itu adalah dia itu wajib. Barangsiapa meninggalkannya maka sama dengan meninggalkan shalat.”[Al-I’tiqadat, hal.114].
Mereka menisbatkan kepada imam keenam Ja’far Ash-Shadiq, dia berkata: “seandainya saya mengatakan bahwa yang meninggalkan taqiyah sama dengan yang meninggalkan shalat tentu saya benar.” [Al-I’tiqadad, hal.114]
Sebagaimana mereka katakan juga bahwa: “Daulah Azh-zhalimin” mereka menegaskan, “Taqiyah adalah fardhu yang diwajibkan kepada kami dalam negara orang-orang yang zhalim. Karena itu barangsiapa meninggalkan taqiyah maka sungguh dia telah menyalahi agama imamiyah* dan telah berpisah dengannya.”[Bihar op. cit. 57/421]
mereka menipu kaum muslimin hanya karena mengikuti hawa nafsu iblis mereka, sekaligus propaganda kesesatan mereka. Mereka menganggap bahwa taqiyah lebih tinggi kedudukannya dibandingkan keimanan seseorang.
Imam Bukhari mereka, yaitu Muhammad Al-Kulaini berkata: “Bertaqwalah kalian kepada Allah ‘Azza wa Jalla dalam agama kalian dan lindungilah agama kalian dengan taqiyah, maka sesungguhnya tidaklah mempunyai keimanan orang yang tidak bertaqiyah. Dia juga mengatakan “Siapa yang menyebarkan rahasia berarti ia ragu dan siapa yang mengatakan kepada selain keluarganya berarti kafir.” .”[Al-KafiS 2/371,372 & 218].
Dan demikianlah firqoh Syi’ah menjadikan taqiyah, sebagai pilar agama dan menjadikan sebagai salah satu simbol mazhabnya. Keyakinan akan keharusan bertaqiyah mengandung konsekuensi membolehkan mereka berbohong. Sehingga perbuatan ini menjadi “trade mark” atau simbol Syi’ah. Umpamanya ada yang mengatakan, “Dia itu lebih pembohong dari orang rafidhah” [Tahqiq Mawaqif al-Sahabah fi al-Fitnah].
Latar Belakang Akidah Taqiyah
Posisi Syi’ah dahulu telah mengalami krisis ketika mereka membuka-buka lembaran kitab-kitab mereka, dalam kitab ini Al-Imam mengancam dan mengintimidasi, dan dalam kitab lain imam yang keempat menghalalkan dan dalam kitab yang sama imam keenam mengharamkan , imam yang ini mengatakan surya sementara imamnya yang lain mengtakan rembulan, maka mereka mendapati bahwa ucapakan orang yang mereka yakini sebagai imam yang ma’shum terbebas dari kesalahan dan ketergelinciran ternyata ucapan mereka dalam satu perkara saling bertentangan tanpa menemukan alasan pembenaran untuk itu. Sebgaimana mereka merasa terpukul ketika mendapatkan dalam sebagian riwayat mereka memuji dan mencintai para sahabat Rasulullah saw, dan mengakui baiyat terhadap mereka, berbalik dari apa yang mereka yakini. Maka kesulitan mereka semakin rumit, karena orang-orang bodoh dan hakham Rafidhah telah menghukumi sesat orang-orang sesat disekitar mereka, dan menjejali hati mereka dengan kebencian terhadap para sahabat dan ummahat Al-Mukminin –semoga Allah meridhai mereka- sepanjang zaman . maka mereka berlari menuju tipu muslihat , makar dan kesesatan. Mereka memandang bahwa tidak ada jalan selamat bagi mereka melainkan dengan taqiyah, mereka merancang konsep taqiyah dan melengkapinya dengan berbagai macam fadhilah, dengan begitu merreka telah mengelabui manusia.
Apabila orang yang mengerumuni mereka dan yang menganut agama mereka hanyalah orang-orang bododh –semoga Allah memberi hidayah kepada mereka- yang tidak ammpu memilah-milah didalam masalah akidah. Jika mereka mendengar dari satu imam yang berkata begini dan begitu, mereka langsung membenarkan sebelum orang yang menceritakan hadits itu menyempurnakan haditsnya. Mereka telah menjadikan para pengikut sebagi tawanan bagi ucapan para imam yang dipalsukan itu, karena mereka telah menanamkan ketaatan buta di hati mereka kepada imam, mereka telah menakut-nakuti pengikutnya dan telah memotivasi mereka dengan hadits-hadits yang tidak ada sangkut pautnya dengan islam.
Maka jika ucapan seorang imam bertentangan dengan imam itu sendiri, atau ucapan seorang imam berbenturan dengan imam yang lai, mereka mengatakan sesungguhnya itu terjadi dengan karena taqiyah. Mereka benar-benar telah menghiasi taqiyah ini dengan berbagai macam keutamaan dan keistimewaan sesuai dengan keinginan nafsu mereka.
Bagaimakah kesaksian ulama mereka?
Berikut ini adalah kesaksian ulama Syi’ah yang berakal tentang taqiyah yang dia sebutkan dalam kitabnya, “Sesungguhnya saya meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa tidak ada satu ummat didunia yang menghinakan dirinya dengan menerima konsep taqiyah dan mengamalkannya. Inilah saya, saya memohon kepada Allah secara ikhlas dan saya mengetahui hari yang orang syi’ah tidak pernah berfikir, bahkan tidaka pernah berfikir tentang taqiyah apalagi tentang pengamalannya.”
Dan dia menambahkan, “Sesungguhnya yang menjadi kewajiban bagi Syi’ah adalah menjadikan perhatiannya terhadap kaidah akhlak yang telah diwajibkan oleh islam atau seluruh kaum muslimin, yaitu: seorang muslim tidak boleh menipu, tidak menjilat,tidak melakukan kecuali yang haq dan tidak berkata melainkan yang haq sekalipun atas dirinya. Dan sesungguhnya perbuatan baik itu adalah baik di segala tempat dan amal yang buruk adalah buruk di segala tempat.”
Sampai dia berkata, “Hendaklah mereka juga mengatahui bahwa apa yang mereka nasabkan kepada imam Ash-Shadiq dari ucapanya taqiyah adalah ‘agamamu dan agama bapak-bapakku’, sesungguhnya itu anyalah dusta, bohong dan fitnah atas imam yang sangat agung itu.”[ibid, hal.159]
Sebagimana dikatakan oleh seorang iran, Ahmad Al-Kisrawi, “Sesungguhnya taqiyah adalah satumacam dari dusta dan nifaq, apakah masih perlumenelti tentang keburukan dusta dan nifaq?”[Syi’ah wa At-Tasyayyu’, hal.87]
Sesungguhnya taqiyah itu hanya di bolehkan untuk orang-orang lemah yang ditindas yang khawatir tidak bisa tegar di atas kebenaran dan bagi orang-orang yang tidak menempati qudwah (teladan) bagi manusia, orang seperti merekalah yang boleh mengambil rukhsyah (taqiyah) ini. Adapun orang-orang yang memiliki semangat dan tekat dari para Imam yang menjadi petuntuk jalan maka mereka harus mengambil azimah (hukum yang kuat) menanggung derita , tetap tegar dijalan Allah apapun yang mereka hadapi. Dan adalah para sahabat Rasulullah saw orang yang mulia sebagaimana yang dipersaksikan Al-Qur’an. Allah berfirman :
“ Kekuatan, kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang yang mukmin, tetapi orang-orang yang munafik itu tidak mengetahui.” [Al-Munafiqun: 8].
Maka tidak boleh orang-orang yang mulia (kuat) itu hanya berasal dari para sahabat yang khusus, karena Ali dan Ibnu Abbas , bukan orang yang munafik juga bukan orang yang hina sehingga mengambil sikap taqiyah.
Ibnu Taimiyah berkata “inilah sikap Rafidhah.” Syi’ar mereka adalah kehinaan, baju mereka adalah nifak dan taqiyah, modal mereka adalah dusta dan sumpah palsu mereka berdusta atas nama Ja’far As-Siddiq bahwa dia berkata taqiyah adalah agamaku dan agama bapak-bapakku.Dan Allah telah membersihkan ahlul bait dari hal itu dan tidak menjadikan mereka butuh kepadanya , karena mereka adalah manusia paling jujur dan paling agung imannya. Agama mereka adalah takwa dan bukan taqiyah[Al-Muntaqa: 86].
Inilah hakikat taqiyah dalam agama syi’ah dia tidak lain hanyalah dusta, nifaq, dan penipuan; tidak ada amanah bagi mereka, tidak ada keikhlasan dan kejujuran dalam agama mereka . Mereka adalah para pendusta yang bangga dengan dustanya dan terang-terangan dengan maksiatnya dihadapan mata manusia.
Allah berfirman:“Diantara orang-orang Mukmin ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kapada Allah, maka diantara mereka ada yang gugur dan diantara mereka (ada pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak mengubah-ubah janjinya, supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al-Ahzab:23-24].
http://hidayatullah.com/read/24614/04/09/2012/iran-palsukan-terjemahan-pidato-mursy.html
http://abusalma.wordpress.com/2007/04/01/taqiyah-ritual-kaum-syiah/
No comments:
Post a Comment
Silakan Berkomentar