Wednesday, October 26, 2011

KONSPIRASI BUSUK KRISTEN DIBALIK PROVOKASI-PROVOKASI DAN KETIDAKADILAN TERHADAP MUSLIM AMBON


AMBON (Arrahmah.com) – Ambon masih bergejolak. Upaya untuk menciptakan terror bagi kaum Muslimin Ambon masih terus terjadi. Pasca bentrokan yang disulut massa Kristen kepada kaum Muslimin di Jalan Baru, Kamis (20/10/2011) terjadi beberapa kejadian yang saling terkait. Salah satunya tertangkap tangannya 2 orang pemuda nasrani dengan dua pucuk senjata api rakitan, amunisi, dan uang jutaan rupiah. Akankah ke-2 provokator ini ditahan polisi?

Sudah sebulan lebih sejak peristiwa 11 September 2011 yang menimbulkan korban jiwa dan harta kaum Muslimin Ambon terus menerus menuai terror dan provokasi. Kampung Waringin yang habis dibakar oleh massa Kristen sampai hari ini saja belum bisa dibangun kembali seperti janji Pemda dan warganyapun masih mengungsi.
Belum habis derita para pengungsi Muslim, kembali massa Kristen beraksi menyerang pemukiman Muslim di Jalan Baru. Ketenangan yang belum sepenuhnya bisa dinikmati sudah ditambah lagi dengan terror baru. Peristiwa 11 September 2011 seolah terus berlanjut dengan berbagai kejadian yang saling terkait menjadi terror bagi kaum Muslimin. Peristiwa Kamis dinihari (20/10/2011) ternyata bukan menjadi akhir rangkaian terror kaum salibis terhadap kaum Muslimin Ambon.
Peristiwa yang terjadi secara sistematis pada pukul 03.30 WIT dinihari terus berangkai dengan beberapa kejadian sampai hari ini, Jum’at (21/10/2011) dinihari yakni sekitar pukul 02.00 WIT yang berefek pada terciptanya rasa tidak aman. Inilah beberapa peristiwa yang terjadi sepanjang malam Jum’at di dalam kota Ambon.
Pelemparan bom di daerah pertokoan
Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 23.30 WIT, seorang pengendara motor yang melintas di Jalan Tulukabesy, tepatnya di depan Toko Yosiba, dekat swalayan Citra, melempar sebuah bom rakitan. Pengendara sepeda motor yang belum diketahui identitasnya tersebut melemparkan bom sambil melajukan kendaraannya dengan cepat.
Bom rakitan yang berdaya ledak rendah tersebut meledak di depan Toko Yosiba tanpa menimbulkan korban jiwa, Namun sempat menimbulkan ketegangan antar 2 komunitas walaupun pada akhirnya reda. Perlu diketahui bahwa kawasan Jalan Tulukabesy adalah pemukiman nasrani yang letaknya tidak jauh dengan pemukiman Muslim, dan jalan ini secara langsung menuju daerah Muslim. Sampai berita ini diturunkan pihak kepolisian belum mendapatkan pelakunya!
Provokasi seorang pemabuk
Peristiwa kedua terjadi tengah malam di Terminal Mardika. Seorang laki-laki yang sedang mabuk berat akibat menenggak miras mengatakan bahwa ada seorang warga Muslim yang berasal dari Desa Wakal ditembak kakinya oleh orang nasrani. Pemabuk ini juga mengatakan bahwa korban penembakan sekarang berada di Rumah Sakit. Ocehan pemabuk ini hampir-hampir menyulut kemarahan warga. Namun untungnya ada warga yang berinisiatif untuk mengecek kebenaran berita tersebut Rumah Sakit, dan ketika di cek ternyata tidak benar. Karena dianggap telah melakukan provokasi dan meresahkan masyarakat maka si pemabuk ini diamankan oleh polisi.
2 pemuda Kristen tertangkap dengan 2 pucuk senjata api rakitan
Peristiwa yang ketiga ini terjadi waktu tengah malam di Jalan AY Patty, tepatnya di Rumah Makan Coto Anda. Dua orang pemuda Kristen yang sampai sekarang belum diketahui identitasnya tertangkap tangan oleh polisi membawa senjata api rakitan. Kedua pemuda tersebut akhirnya digelandang ke kantor polisi.
Belum diketahui kelanjutan dari kasus ini, apakah keduanya langsung dibebaskan oleh polisi seperti biasanya, ataukah ditahan beberapa hari baru setelah itu dibebaskan oleh polisi? Belum juga diketahui mengapa ke-2 pemuda kkristen itu membawa senjata api rakitan di dalam kota Ambon pada malam hari? Yang pasti, ke-2 pemuda Kristen itu bukan hendak berburu babi di dalam kota seperti alasan orang-orang Kristen lainnya ketika tertangkap tangan oleh polisi membawa senjata api.
Koresponden Arrahmah.com menyampaikan kabar terbaru terkait ke-2 pemuda Kristen tersebut, yakni barang bukti yang didapat dari ke-2 perusuh Kristen adalah : senjata api rakitan dua pucuk, puluhan butir amunisi, dan uang jutaan rupiah. Demikianlah rangkaian peristiwa sepanjang malam pasca penyerangan massa nasrani ke pemukiman Muslim di Jalan Baru Ambon. Semoga kaum Muslimin di Ambon selalu dalam lindungaNya. Amien!
(M Fachry/arrahmah.com)
AMBON (Arrahmah.com) – Ada fakta mengejutkan ketika Koresponden Arrahmah.com menginvestigasi kejadian penyerangan terhadap warga Jalan Baru oleh massa Kristen, Kamis (20/10/2011) pukul 04.00 WIT dini hari. Fakta-fakta yang ditemukan semakin menguatkan asumsi bahwa bentrokan di Jalan Baru sudah direncanakan dan diorganisir dengan matang oleh pihak Kristen yang memprovokasi kaum Muslimin. Hati-hati dan tetap waspada. Berikut laporannya.
Dua fakta mengejutkan
Koresponden Arrahmah.com di TKP menceritakan bahwa dirinya menemukan fakta mengejutkan ketika menginvestigasi kejadian penyerangan terhadap warga Jalan Baru oleh massa Kristen, Kamis (20/10/2011) pukul 04.00 WIT dini hari. Asumsi bahwa kerusuhan tersebut telah direncanakan dengan matang dan diorganisir dengan sangat rapi oleh pihak Kristen semakin terbukti. Ada beberapa temuan fakta baru yang memperkuat dugaan bahwa penyerangan tersebut direncanakan dan diorganisir. Diantara fakta baru yang ditemukan adalah :
1. Dua malam sebelum kejadian tepatnya tanggal 18 Oktober 2011 sekitar pukul 01.30 dinihari beberapa pemuda Jalan Baru melihat ada seorang pemuda Kristen dari Pohon Pule memasuki gang-gang di Jalan Baru melakukan pemantauan. Sumber yang diwawancarai oleh Koresponden Arrahmah.com mengenal betul nama dan wajah penyusup Kristen tersebut. Pemuda Kristen tersebut cukup lama melakukan pengamatan di gang-gang Jalan Baru sampai kemudian pergi.
Diduga kuat penyusup tersebut memantau situasi masyarakat Jalan Baru sejauh mana tingkat kewaspadaan dan kesiapan mereka. Disamping itu penyusup tersebut juga mempelajari jalan-jalan masuk dan keluar menuju  Jalan Baru. Dan penyusupan oleh pihak Kristen bukan hanya dilakukan di Jalan Baru, tetapi juga di beberapa tempat lain di dalam kota Ambon. Adapun akhirnya bentrokan terjadi di Jalan Baru maka itu adalah karena keberhasilan pihak Kristen menciptakan kondisi dan dukungan-dukungan lain, meliputi kemudahan mobilisasi massa dan tempat strategis yang didiami oleh kampung Kristen yang berada di Pohon Pule. Dimana gang-gang menuju permukiman daerah Pohon Pule semuanya dipagar dengan besi yang dialiri oleh listrik. Sehingga jika pihak Muslim mengejar mereka, maka massa Kristen tinggal berlindung memasuki gang-gang tersebut untuk kemudian menguncinya dari dalam dan menyalakan aliran listriknya.
2. Adanya massa Kristen dari luar yang berkumpul di Pohon Pule. Hal ini diketahui oleh para pemuda Jalan Baru yang sangat mengenal penduduk Pohon Pule. Perlu diketahui jarak antara Jalan Baru dengan Pohon Pule hanya beberapa puluh meter saja, dan sebelum terjadi konflik dua masyarakat tersebut biasa berinteraksi dengan baik. Keterangan dari seorang warga Jalan Baru yang menjadi korban pertama pelemparan menyebutkan bahwa para penyerang bukan saja berasal dari Pohon Pule, tetapi juga massa dari luar yang sudah berkumpul di Pohon Pule. Bahkan menurut orang tersebut katanya ada banyak preman-preman Ambon dari Jakarta yang sudah masuk dan tinggal di Pohon Pule. Dengan tambahan 2 fakta tersebut maka jelas bahwa penyerangan ke kawasan Muslim di Jalan Baru telah direncanakan dan diorganisir.
Kaum Muslimin waspada dan tetap siaga
Mudah-mudahan dengan kejadian tersebut menjadikan kaum Muslimin Maluku waspada dan tetap siaga di daerah-daerah perbatasan, karena begitulah seharusnya sebagai orang Muslim yang hidup berdekatan dengan musuh. Insya Allah!
(M Fachry/arrahmah.com)

AMBON (Arrahmah.com) – Pasca kerusuhan terbaru di Ambon dini hari kemarin, Kamis (20/10/2011) di Jalan Baru, 5 warga Muslim Jalan Baru ditangkap polisi. Tindakan diskriminatif polisi ini sontak menyulut massa Muslim untuk berkonsentrasi dan meminta kejelasan penangkapan tersebut serta mengultimatum akan menyerbu Mapolres Ambon. Mengapa polisi bertindak diskriminatif kepada kaum Muslimin? Berikut laporan Koresponden Arrahmah.com langsung dari TKP.
Tragisnya nasib kaum Muslimin Ambon
Sungguh tragis nasib kaum Muslimin Ambon, sudah didzolimi oleh kaum salibis didzolimi pula oleh polisi. Warga Jalan Baru yang kemarin, Kamis (20/10/2011) diserang oleh massa Kristen seharusnya mendapatkan penjagaan dari pihak keamanan bukannya dicurigai sebagai pemicu kerusuhan.
Kamis siang kemarin (20/10/2011) tepatnya pukul 12.00 WIT, 5 warga Jalan Baru yang terdiri dari 4 laki-laki dan seorang perempuan diambil oleh polisi Polda Maluku ke Mapolres Pulau Ambon dengan alasan diperiksa menjadi saksi atas kejadian bentrokan antar warga Muslim dan Kristen yang terjadi pada malam dini hari, Kamis (20/10/2011) sekitar pukul 03.30 WIT.
Kelima orang tersebut adalah Eky, Yusman, Omang, Ahmad, La baco, dan seorang wanita bernama Sifatun. Kelima orang tersebut digelandang ke Mapolres Ambon dengan alasan sebagai saksi. Dalam pemeriksaan selama 3 jam tersebut ke-5 orang tersebut diberi berbagai macam pertanyaan oleh beberapa penyidik kepolisian secara bergantian. Keterangan yang berhasil dihimpun oleh Koresponden Arrahmah.com dari salah satu dari ke-5 orang tersebut menyebutkan bahwa dia dipingpong dari satu penyidik ke penyidik yang lain. Dalam penyidikan di Mapolres Ambon tersebut, ke-5 orang tersebut juga difoto seluruh badan dari berbagai sisi, mereka juga diambil sidik jarinya.
Warga jalan baru ultimatum Mapolres
Ketika sampai jam 15.00 WIT ke-5 orang tersebut belum juga dipulangkan membuat warga Jalan Baru resah, sehingga kemudian warga keluar rumah memadati lorong-lorong Jalan Baru menuntut polisi agar segera membebaskan ke-5orang warga mereka. Bahkan warga Jalan Baru mengultimatum polisi, jika dalam waktu 1 jam ke-5 orang tersebut tidak dibebaskan, maka warga akan menyerbu Mapolres.
Setelah warga Jalan Baru berkonsentrasi dan mengultimatum pihak kepolisian, maka pada pukul 15.30 WIT, ke-5 orang tersebut dibebaskan oleh polisi dari Mapolres Ambon. Apa yang dilakukan oleh warga Jalan Baru sangatlah wajar, sebab mereka adalah korban penyerangan bukan pelaku penyerangan. Apalagi hingga saat ini polisi sendiri belum bisa menangkap satu orangpun pelaku penyerangan dari pihak Kristen dan pelaku pembakaran 3 bangunan milik kaum Muslimin. Kalau polisi begitu sigap menangkap warga Muslim, mengapa mereka begitu lamban menangkap para pelaku penyerangan dan pembakaran dari pihak Kristen?
Ternyata kaum Muslimin Ambon bukan hanya belum mendapatkan rasa aman, tetapi mereka juga belum mendapatkan rasa keadilan. Sampai kapan ini terus terjadi? Wallahu’alam!
(M Fachry/arrahmah.com)

No comments:

Post a Comment

Silakan Berkomentar