Sunday, February 26, 2012

KESAKSIAN TOKOH DAYAK, SEORANG NASHRANI, DUKUNGAN ARTIS BAADILLA: FAKTA JIL PEMBUAL DAN DUKUNGAN UNTUK FPI

Salah satu tokoh masyarakat Dayak yang juga merupakan anggota DPRD Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, Haji Budi, mengatakan tidak benar semua masyarakat Dayak menolak pendirian FPI di Kalimantan Tengah.

"Masyarakat di sana mendukung FPI. Malah, kami meminta kepada Habib (Riizieq) untuk membentuk kepengurusan FPI di Kalteng," ujarnya, saat mendampingi anggota DPP FPI melapor ke Mabes Polri, Senin (13/2).
Budi yang juga koordinator Dewan Adat Dayak Seruyan menjelaskan, saat malam pelantikan pengurus FPI di Kuala Kapuas, massa yang menolak pembentukan FPI tersebut justru datang dari Palangkaraya.

Namun, Budi menegaskan pembentukan kepengurusan FPI di Kalimantan Tengah akan terus dijalankan, terutama di Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Sampit, dan Kuala Kapuas.

"Dalam waktu yang secepatnya," imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Umum FPI Habib Rizieq Shihab mengatakan, saat malam pelantikan tersebut, Bupati Kuala Kapuas berusaha mengajak Gubernur Kalimantan Tengah Teras Narang untuk bersama-sama menghadang massa. Namun, ajakan Bupati tersebut tidak digubris Gubernur Kalimantan Tengah, sehingga Bupati dan Muspida Kuala Kapuas menjembatani dialog antara FPI dan massa.

Dari hasil dialog tersebut, menurut Rizieq, tercapai dua kesepakatan, yaitu perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW harus tetap dilaksanakan sesuai keinginan masyarakat Kuala Kapuas dan FPI menunda pelantikan FPI Kuala Kapuas.

Namun, massa tersebut tidak menyepakati dua kesepakatan tersebut dengan tidak meninggalkan lokasi, sehingga hampir terjadi pengusiran oleh masyarakat Kuala Kapuas yang marah.

"Tapi berhasil dilerai Kapolres. Dan demi kepentingan anak bangsa FPI mengalah dengan mengambil inisiatif meninggalkan lokasi," jelas Rizieq sebagaimana dikutip dari Media Indonesia.
Gerombolan Preman Mengklaim Suku Dayak
Setelah pernyataan bahwa warga suku Dayak menolak FPI hanya opini media yang didukung oleh kaum JIL, Front Pembela Islam juga menyatakan pimpinan gerombolan anarkis yang menolak dan menyerang pimpinan FPI pusat di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, adalah preman dan penjahat.

Gerombolan ini tidak mewakili suku Dayak, tetapi FPI mengatakan bahwa gerombolan ini lebih berupa kelompok fasis, rasis, dan anarkis. FPI menyatakan, gerombolan preman ini dikoordinasi Yansen Binti, Lukas Tingkes, dan Sabran yang sudah dikenal sebagai gembong preman kelas kakap di Kalimantan Tengah.

"Informasi kami yang terpercaya, Yansen Binti adalah kepala gembong narkoba terbesar di Kalimantan Tengah," kata Ketua Umum FPI Habib Rizieq Sihab saat ditemui di kantor Bareskrim Mabes Polri, Senin, 13 Februari 2012.

Rizieq juga menyatakan Lukas Tingkes adalah seorang terpidana korupsi yang sudah incraht di Pengadilan Mahkamah Agung pada Desember 2011. Akan tetapi, kejaksaan setempat, menurut Rizieq, tidak berani dan tidak mampu mengeksekusi putusan tersebut. "Kepolisian belum bisa menangkap Yansen Binti hingga saat ini."

Rizieq menyatakan ada hal lain di balik aksi anarkis menolak FPI ini. Menurut dia, kelompok-kelompok yang melakukan pelanggaran ini yang takut bila FPI berdiri di Kalimantan Tengah karena akan melakukan aksi pemberantasan. "Ini bukan masalah agama atau suku Dayak, tapi perlawanan FPI terhadap koruptor dan penjahat," katanya.

Tindakan gerombolan ini dinilai telah menghancurkan empat pilar negara, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. FPI menuntut para pelaku dengan dugaan melakukan pelanggaran KUHP berupa perbuatan tidak menyenangkan Pasal 335, upaya perampasan kemerdekaan Pasal 333, perusakan secara bersama-sama Pasal 170, dan percobaan pembunuhan Pasal 338.

Hari ini, FPI mendatangi Mabes Polri untuk melaporkan adanya tindak pidana yang dilakukan Gubernur Kalimantan Tengah dan sejumlah tokoh lapangan yang terlibat dalam aksi penolakan FPI di Palangkaraya. Selain melaporkan tindak pidana, mereka juga ingin melaporkan Kapolda Kalimantan Tengah yang dinilai membiarkan gerombolan tersebut.

Sebelumnya, pada hari Sabtu, 11 Februari, rombongan pimpinan FPI pusat, yaitu Ketua Bidang Dakwah Habib Muhsin Ahmad Alattas, Sekjen K.H. Ahmad Sobri Lubis, Wasekjen K.H. Awit Masyhuri, dan Panglima LPI Ustad Maman Suryadi berangkat ke Palangkaraya. Mereka menggunakan pesawat Sriwijaya dan mendarat di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya.

Di bandara tersebut, pimpinan FPI pusat dikepung sekelompok masyarakat yang membawa senjata tajam. Dan Kelompok ini mengancam akan membakar pesawat dan membunuh para pimpinan FPI pusat tersebut. Jadi, siapakah yang melakukan kekerasan? (muslimdaily/mi)

Siapa tak yang tak mengenal FPI? Tiga huruf itu adalah singkatan dari Front Pembela Islam. Ormas Islam yang sering dikait-kaitkan dengan ‘tradisi’ kekerasan. Pada dasarnya prinsip utama FPI adalah menegakkan Amar Maruf Nahi Mungkar [mengajak kebaikan dan memerangi kejahatan] tapi apa boleh buat, media sudah ‘berhasil’ mengekspos FPi dengan ‘budaya’ kekerasannya dan (kebanyakan) orang Indonesia sudah memberi nilai buruk terhadap FPI. Saya sebagai seorang Kristiani (penganut Katholik) sedikit miris ketika media memberitakan kekerasan-kekerasan yang dilakukan FPI. Dan saya pun sempat merasa tidak suka dengan keberadaan FPI di Indonesia. Mulai dari tragedi Monas, penutupan bar, demo anti miras, dll. Saya merasa bosan dengan kekerasan-kekerasan yang dilakukan FPI. Dan masyarakat pun seakan juga tak setuju jika FPI memakai ‘embel-embel’ Islam. Karena menurut mereka, Islam itu damai, mencintai perbedaan dan bukan kekerasan.
Seiring berjalannya waktu, tak terdengar berita tentang FPI. Tiba-tiba Indonesia dikejutkan dengan berita ‘Penolakan FPI di Palangkaraya’. Sejenak saya tercengang. Seketika itu pula saya mulai penasaran dengan FPI. Mengapa FPI sampai ditolak di Palangkaraya?. Saya mencari info-info.
Hingga saya mulai merenung, mengapa masyarakat tidak berpikir ‘apa yang melatarbelakangi FPI untuk melakukan kekerasan’. Sejak itu saya menyimpulkan, bahwa pasti ada sebab yang membuat FPI beraksi. Contohnya, saat FPI melabrak belasan anggota PDIP bertemu dengan mantan anggota PKI di Blitar. Menurut saya, FPI telah berusaha menghilangkan keberadaan PKI sampai pada akar-akarnya. Dan itu saya setuju. Walaupun hanya bertemu ‘mantan’ anggota PKI, jika pertemuan itu terjadi berkala bisa memungkinkan PKI tumbuh kembali di Indonesia. Kemudian soal Demo Miras, itupun saya juga setuju. Pemerintah macam apa yang berani mencabut UU larangan Miras? itupun FPI masih disalahkan. Padahal jika langkah yang digagas pemerintah untuk mencabut UU larangan miras, mau jadi apa negeri ini? jadi negeri yang menghalalkan miras?. Itu saja dua contoh yang ‘me-miris-kan’. Tidakkah media memberitakan ketika anggota FPI membantu mengevakuasi 70.000 korban tsunami Aceh? Tidakkah media memberitakan ketika FPI mendirikan posko bencana gunung Merapi?, sungguh aneh.
Dan pencarian info tentang FPI terus saya lanjutkan. Saya singgah di sebuah forum di internet yang notabene menghujat dan menolak FPI. Tapi ada satu komentar yang menarik menurut saya untuk dibagikan kepada member Kompasiana. User itu bernama adiet87smg, dia menulis:
“hidup d jman skrg emang aneh. kbodohan udh ada dmana2, orang mau berbuat baek aja susah. jadi inget tuh pas jamanx nabi. nabi aja pas dakwah n ngajak manusia kpd kebaikan, mlh beliau dilempar pke kotoran. gile bgt kand? sama kyak skrg, ngajak orng brbuat baik eh malah dimusuhin, dikutuk, n disuruh bubar. bner2 jman edan kali yak!”
Saya jadi teringat ketika ada demo penolakan FPI di bundaran HI. Kebanyakan dari peserta demo adalah kamum gay, lesbian, tuna susila, dan semacamnya. Wajar jika mereka menolak FPI, karena memang status mereka bertentangan dengan agama. Dan kagetnya lagi, saya mendapat info bahwa penggerak demo Penolakan FPI adalah Ulil Abshar Abdalla, fungsionaris partai Demokrat yang sedang terjerat kasus korupsi dan disebut-sebut juga sebagai anggota JIL [Jaringan Islam liberal]. Wow. Pantas saja Ulil Abshar Abdalla menggerakkan massa untuk menolak keberadaan FPI, karena FPI telah mencatut namanya sebagai salah satu oknum yang bersembunyi di Partai yang kebanyakan anggotanya sedang terjerat kasus korupsi. Tentang berita penolakan FPI di Palangkaraya, itu juga disebut-sebut sebagai upaya Ulil Abshar Abdalla untuk ‘memusnahkan’ FPI dari dunia ini. Padahal warga Dayak sendiri yang meminta FPI berdiri di Kalteng
Saya sebagai penganut Katholik, mendukung upaya FPI untuk memerangi kejahatan. Tetapi mungkin lebih indah jika diiringi dengan tindakan yang damai, tidak mudah tersulut emosinya dan kemudian mengadakan aksi-aksi yang dianggap meresahkan.
Tuhan selalu memberkati orang-orang yang memerangi kejahatan.
(dikutip dari tulisan Lia Christine di Kompasiana)

Merespon gerakan aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL), yang mengusung Gerakan Indonesia Tanpa FPI, di twitterland justru muncul kontra gerakan itu bertajuk Gerakan Indonesia Tanpa JIL (Jaringan Islam Liberal_red).

Sebelumnya, entah mendapat ide darimana, puluhan aktivis JIL berencana mengadakan perayaan Hari Valentine (Valentine's Day) dengan membuat aksi di bundaran HI. Rencana aksi tersebut kemudian disebarluaskan oleh para aktivis JIL melalui media jejaring sosial twitter.

Bukannya memperoleh dukungan luas dari twitterland, kicauan-kicauan dari para aktivis JIL itu justru memperoleh reaksi berlawanan dari banyak pengguna twitter. Beberapa dari mereka memberikan kode hastag #indonesiatanpaJIL sebagai respon kode hastag #indonesiatanpaFPI.

Reaksi beberapa pengguna twitter itu kemudian menjadi kicauan yang diikuti oleh banyak pengguna twitter lain. Beberapa diantara mereka merasa jengah membaca kicauan-kicauan dari para JIL yang memenuhi TL.

Berdasarkan pantauan redaksi Muslimdaily.net, hastag  #indonesiatanpaJIL pun mulai banyak di-retwit para pengguna twitter. Menariknya, ketika ada salah seorang pengguna twitter menyampaikan twit berisi, "Apakah anda setuju INDONESIA TANPA JIL (Jaringan Islam Liberal)?" gerakan #indonesiatanpaJIL di twitter pun makin seru karena banyak yang merespon setuju.

Berikut beberapa jawaban mereka yang terpantau redaksi dalam hastag #indonesiatanpaJIL.
@Im_Hanif_A : sangat setuju karena hanya meresahkan bangsa indonesia 
@Cempaka_Ry : Yeah. Yeesss setuju akuh....
@isroorson : sangat setuju
@vannjoo : setoedjoe..!!
@gatse8 : dukungan SEJUTA CINTA #IndonesiaTanpaJIL
@Yukosiswanto dukung #IndonesiaTanpaJIL
@ojih_theXmen dukung SEJUTA CINTA #IndonesiaTanpaJIL
@bayuprioko berkah
@Gatz_Raditya dukung #IndonesiaTanpaJIL
@sayaryan SETUJU!!
@teguh_h84 dukungan SEJUTA CINTA #IndonesiaTanpaJIL
@masadisutrisno BANGET
@fauzibaadilla merespon dengan me-retwit bersama pengguna twitter lainnya.
dll.
Indonesia Tanpa FPI versi JIL
Sebelumnya, Gerakan Indonesia Tanpa FPI yang didukung hanya oleh puluhan orang aktivis itu menyatakan penolakan segala bentuk penggunaan kekerasan yang dianggap biasa dilakukan oleh FPI dalam penyelesaian kasus dalam pertemuan mereka di kawasan Cikini, Ahad (12/2/2012).

Kemudian sebagai kelanjutan, aktivis JIL berencana mengadakan aksi massa pada 14 Februari 2012, tepat pada Hari Valentine. Aksi mereka akan berlangsung di bundaran HI pada pukul 16.00.
Mereka ingin merayakan Valentine dengan mengusung tema anti-FPI. Menurut mereka hari Valentine yang dianggap 'Hari Kasih Sayang' adalah hari anti FPI yang dianggap suka kekerasan dan tidak punya kasih sayang.

Gerakan Menutup Aurat
Jauh sebelum bergulirnya agenda JIL mengadakan aksi di bundaran HI, aktivis muslim di Indonesia sudah merencanakan Gerakan Menutup Aurat di bundaran HI pada tanggal 14 Februari 2012. Gerakan Menutup Aurat juga diikuti oleh sejumlah aktivis Islam di seluruh Indonesia dan di beberapa negara. (baca beritanya di Lawan Hari Valentine Dengan Gerakan Menutup Aurat)
Apakah anda setuju jika Indonesia Tanpa JIL? Bergabunglah dengan menuliskan hastag kode #IndonesiaTanpaJIL melalui akun twitter anda.
 
Gerakan hastag  #IndonesiaTanpaJIL  yang sebelumnya gencar di twitter, kini muncul juga di Facebook. Fan Page gerakan itu mengusung tagline Indonesia Tanpa Jaringan Islam Liberal (JIL) dengan dukungan artis Fauzi Baadila.
Artis Fauzi Baadila yang sudah lama dikenal sebagai artis yang Anti-JIL di twitterland, memberikan dukungan dengan tampil dalam video klip singkat yang diunggah di Fan Page #IndonesiaTanpaJIL. Oji, panggilan akrab Fauzi Baadila, mengatakan dalam klip itu, "Indonesia Tanpa JIL," ucapnya tegas sambil memberikan isyarat jari telunjuk diikuti dengan jempol. 
Video berdurasi 32 detik tersebut tampak sengaja diunggah dalam sebuah Fans Page Facebook dengan nama #IndonesiaTanpaJIL dan diberi judul “Fauzi Baadila for #IndonesiaTanpaJIL !“. Video diawali dengan kemunculan Fauzi Baadila yang mengucapkan “Indonesia Tanpa JIL” seraya mengacungkan jari telunjuknya kemudian diikuti jempol.
Selanjutnya video tersebut memunculkan pesan tulisan “Karena Indonesia Lebih Asik Tanpa JIL (Jaringan Islam Liberal)” dan ditutup dengan pesan tulisan #IndonesiaTanpaJIL serta logo Twitter dan Facebook.
Dalam keterangan video tersebut tertulis:
Meski mengakui dirinya masih ‘begajulan’, Fauzi memiliki komitmen yang kuat dalam membela Islam dan melawan pemikiran liberal, terutama melalui aktivitasnya di Twitter. Kontribusi dan semangatnya luar biasa, dan kerendahhatiannya pun perlu dicontoh oleh semua orang.
Fauzi Baadila berani bersuara, kamu ?

Oji, adalah seorang artis kelahiran Kairo, Mesir, 25 September 1979, yang pernah bermain dalam beberapa film layar lebar. Film pertamanya adalah Mengejar Matahari tahun 2004. Kesuksesannya dalam film pertama kemudian berlanjut dalam film Rindu Kami Padamu (2004), Tentang Dia (2005), 9 Naga (2006), Coklat Stroberi (2007), Jamila Dan Sang Presiden (2009), The Sexy City (2010), Lost in Papua (2011), dan lainnya. Ia-lah yang mempopulerkan istilah kata "Ajiiib".
Belum genap sehari, sekitar pukul 11.00 WIB (Senin, 20/02/2012) sudah mencapai lebih dari 1000 orang yang Likes di Fan Page #IndonesiaTanpaJIL
Anda tertarik bergabung untuk ikut menyuarakan Indonesia Tanpa JIL? Silakan klik link berikut ini Fan Page #IndonesiaTanpaJIL.


Sumber:
http://muslimdaily.net/berita/lokal/kedustaan-jil-terungkap-tokoh-dayak-membantah-menolak-kehadiran-fpi.html
http://muslimdaily.net/berita/lokal/gerakan-anti-fpi-jil-direspon-pengguna-twitter-dengan-gerakan-indonesia-tanpa-jil.html
http://muslimdaily.net/opini/opini-17/saya-seorang-kristiani-yang-mendukung-fpi.htm
http://muslimdaily.net/berita/lokal/gerakan-indonesia-tanpa-jil-muncul-di-facebook.html

3 comments:

Silakan Berkomentar