Saturday, January 14, 2012

SYIAH: ANTARA PENGUSIRAN DARI GOR SAMPANG DAN BOLEHNYA MASUK KE HARAMAIN

JAKARTA (Arrahmah.com) – Pengungsi Syiah yang bertahan di GOR Sampang Jalan Wijaya Kusuma diusir secara paksa paksa oleh pemerintah setempat. Sejumlah mobil pengangkut telah disiapkan untuk mengangkut mereka kembali ke kampung halaman.
Ratusan pengungsi Syiah memilih keluar dari lapangan dan mengancam akan tidur di halaman terbuka. Barang – barang milik jemaah syiah, mulai dikeluarkan paksa oleh petugas, bahkan lapangan tenis indoor tersebut di tutup dan dikunci rapat.

“Kalau pemerintah mengiginkan kami pulang, ya terpaksa kami pulang tapi kami menolak fasilitas dari pemkab, saya lebih baik pakai kendaraan saya sendiri,”terang gembong syiahTajul Muluk.
Sementara itu Sekretaris Daerah Kabupaten Sampang Hermanto Subaidi enggan memberikan komentar banyak soal pengusiran pengungsi Syiah. “Mereka bukan Syiah, coba baca fatwa MUI dan NU,” katanya.
Pada 29 Desember 2011, kompleks pesantren Islam Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, dibakar massa. Massa marah karena Tajul Muluk sangat agresif mengajarkan pemahaman sesatnya.
insiden pembakaran itu diprovokasi oleh penyebaran sekte Syi’ah yang dilakukan kepada umat Islam. “Dianggap ajaran yang disebarkan oleh Kiai Tajul Muluk menyimpang dari ajaran Islam dengan mengajarkan door to door. Makanya, warga semakin geram,” terang Juhaidi (45), salah satu tokoh masyarakat setempat yang berada di lokasi kejadian.(dbs)
(bilal/arrahmah)

Read more: http://arrahmah.com/read/2012/01/13/17407-pengungsi-syiah-diusir-dari-gor-sampang.html#ixzz1jNxkDBhZ

JAKARTA (Arrahmah.com) – Salah satu yang mengemuka di saat mendiskusikan kesesatan Syi’ah adalah adanya lontaran pertanyaan, kalau Syiah sesat, mengapa boleh masuk tanah suci? Kabarnya, yang melontarkan pertanyaan itu kali pertama adalah dedengkot Syi’ah, Jalaludin Rahmat, juga ulama Syi’ah yang menyusup ke tubuh MUI, Umar Shihab, dan kini dilontarkan kembali oleh para pengikut dan penganut aliran sesat Syi’ah. Berikut jawaban yang “pantas” diberikan, yang dikutip dari blog abisyakir.wordpress.com. Semoga bermanfaat!
Mengapa kaum Syiah masih boleh masuk ke Tanah Suci, baik Makkah Al Mukarramah maupun Madinah Al Munawwarah?
Mari kita jawab pertanyaan ini:
PERTAMA, sebaik-baik jawaban ialah Wallahu a’lam. Hanya Allah yang Tahu sebenar-benar alasan di balik kebijakan Pemerintah Saudi memberikan tempat bagi kaum Syiah untuk ziarah ke Makkah dan Madinah.
KEDUA, dalam sekte Syiah terdapat banyak golongan-golongan. Di antara mereka ada yang lebih dekat ke golongan Ahlus Sunnah (yaitu Syiah Zaidiyyah), ada yang moderat kesesatannya, dan ada yang ekstrim (seperti Imamiyyah dan Ismailiyyah). Terhadap kaum Syiah ekstrim ini, rata-rata para ulama tidak mengakui keislaman mereka. Nah, dalam praktiknya, tidak mudah membedakan kelompok-kelompok tadi.
KETIGA, usia sekte Syiah sudah sangat tua. Hampir setua usia sejarah Islam itu sendiri. Tentu cara menghadapi sekte seperti ini berbeda dengan cara menghadapi Ahmadiyyah, aliran Lia Eden, dll. yang termasuk sekte-sekte baru. Bahkan Syiah sudah mempunyai sejarah sendiri, sebelum kekuasaan negeri Saudi dikuasai Dinasti Saud yang berpaham Salafiyyah. Jauh-jauh hari sebelum Dinasti Ibnu Saud berdiri, kaum Syiah sudah masuk Makkah-Madinah. Ibnu Hajar Al Haitsami penyusun kitab As Shawaiq Al Muhriqah, beliau menulis kitab itu dalam rangka memperingatkan bahaya sekte Syiah yang di masanya banyak muncul di Kota Makkah. Padahal kitab ini termasuk kitab turats klasik, sudah ada jauh sebelum era Dinasti Saud.
KEEMPAT, kalau melihat identitas kaum Syiah yang datang ke Makkah atau Madinah, ya rata-rata tertulis “agama Islam”. Negara Iran saja mengklaim sebagai Jumhuriyyah Al Islamiyyah (Republik Islam). Revolusi mereka disebut Revolusi Islam (Al Tsaurah Al Islamiyyah). Data seperti ini tentu sangat menyulitkan untuk memastikan jenis sekte mereka. Lha wong, semuanya disebut “Islam” atau “Muslim”.
KELIMA, kebanyakan kaum Syiah yang datang ke Makkah atau Madinah, mereka orang awam. Artinya, kesyiahan mereka umumnya hanya ikut-ikutan, karena tradisi, atau karena desakan lingkungan. Orang seperti ini berbeda dengan tokoh-tokoh Syiah ekstrem yang memang sudah dianggap murtad dari jalan Islam. Tanda kalau mereka orang awam yaitu kemauan mereka untuk datang ke Tanah Suci Makkah-Madinah itu sendiri. Kalau mereka Syiah ekstrim, tak akan mau datang ke Tanah Suci Ahlus Sunnah. Mereka sudah punya “tanah suci” sendiri yaitu: Karbala’, Najaf, dan Qum. Perlakuan terhadap kaum Syiah awam tentu harus berbeda dengan perlakuan kepada kalangan ekstrim mereka.
KEENAM, orang-orang Syiah yang datang ke Tanah Suci Makkah-Madinah sangat diharapkan akan mengambil banyak-banyak pelajaran dari kehidupan kaum Muslimin di Makkah-Madinah. Bila mereka tertarik, terkesan, atau bahkan terpikat; mudah-mudahan mau bertaubat dari agamanya, dan kembali ke jalan lurus, agama Islam Ahlus Sunnah.
KETUJUH, hadirnya ribuan kaum Syiah di Tanah Suci Makkah-Madinah, hal tersebut adalah BUKTI BESAR betapa ajaran Islam (Ahlus Sunnah) sesuai dengan fitrah manusia. Meskipun para ulama dan kaum penyesat Syiah sudah bekerja keras sejak ribuan tahun lalu, untuk membuat-buat agama baru yang berbeda dengan ajaran Islam Ahlus Sunnah; tetap saja fitrah mereka tidak bisa dipungkiri, bahwa hati-hati mereka terikat dengan Tanah Suci kaum Muslimin (Makkah-Madinah), bukan Karbala, Najaf, dan Qum.
KEDELAPAN, kaum Syiah di negerinya sangat biasa memuja kubur, menyembah kubur, tawaf mengelilingi kuburan, meminta tolong kepada ahli kubur, berkorban untuk penghuni kubur, dll. Kalau mereka datang ke Makkah-Madinah, maka praktik “ibadah kubur” itu tidak ada disana. Harapannya, mereka bisa belajar untuk meninggalkan ibadah kubur, kalau nanti mereka sudah kembali ke negerinya. Insya Allah.
KESEMBILAN, pertanyaan di atas sebenarnya lebih layak diajukan ke kaum Syiah sendiri, bukan ke Ahlus Sunnah. Mestinya kaum Syiah jangan bertanya, “Mengapa orang Syiah masih boleh ke Makkah-Madinah?” Mestinya pertanyaan ini diubah dan diajukan ke diri mereka sendiri, “Kalau Anda benar-benar Syiah, mengapa masih datang ke Makkah dan Madinah? Bukankah Anda sudah mempunyai ‘kota suci’ sendiri?”
Demikian sebagian jawaban yang bisa diberikan. Semoga bermanfaat. Pesan spesial dari saya, kalau nanti Prof. Dr. Umar Shihab, atau Prof. Dr. Quraish Shihab (dua tokoh ini saudara kandung, kakak-beradik; bersaudara juga dengan Alwi Shihab, Mantan Menlu di era Abdurrahman Wahid), beralasan dengan alasan tersebut di atas; mohon ada yang meluruskannya. Supaya beliau tidak banyak membuang-buang kalam, tanpa guna.
Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.
(M Fachry/arrahmah.com)

2 comments:

  1. Syi'ah semakin dibenci semakin dicari, semakin ditindas semakin meluas, semakin dibasmi semakin diminati, semakin dilarang semakin disayang, semakin dikucilkan semakin disebarkan, semakin diperangi semakin disayangi.........
    yang paling banyak jasanya penyebaran Syi'ah adalah justru dari ulama' ulama' yang memerangi Syi'ah, membuat orang semakin penasaran.......itulah iklan gratis.....

    ReplyDelete
  2. semakin dicari (orang-orang awam) semakin dibenci, semakin meluas (orang-orang awam) semakin ditindas, semakin diminati (orang-orang awam) semakin dibasmi, semakin disayang (orang-orang awam) semakin dilarang, semakin disebarkan (orang-orang awam) semakin dikucilkan, semakin disayangi (orang-orang awam) semakin diperangi, semakin dicintai (orang-orang awam) semakin dibantai,
    yang paling banyak jasanya memperingatkan ummat atas bahaya syiah yang mengkafirkan para sahabat dan ummul mukminiin dan membantai mereka adalah ahlussunnah yang bersih aqidahnya, sejati cintanya kepada ahlul bait dan sahabat rasul tanpa mempertentangkan mereka
    itulah muslim sejati membongkar makar yahudi dibalik kedok agama pagan syiah persi majusi

    ReplyDelete

Silakan Berkomentar